Hadits 1
Sebagaimana
yang diambil dari hadits Rasul saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh
ra sengguhnya Rasullulah saw berkata : “Apabila engkau berdiri untuk
melakukan shalat maka berwudhulah dengan sempurna, kemudian menghadap
kiblat, kemudian engkau bertakbir kemudian bacalah yang termudah bagimu
dari AlQur’an, kemudian engkau berukuk hingga tuma’ninah dalam berukuk
kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau meluruskan badanmu berdiri
(I’tidal), kemudin bersujut hingga engkau bertuma’ninah dalam bersujut,
kemudin angkat kepalamu (duduk antara 2 sujud) hingga engkau
bertuma’ninah dalam dudukmu kemudian engkau sujud kedua kalinya hingga
bertuma’ninah dalam sujut, kemudian lakukanlah seperti yang tadi
diseluruh shalatmu” (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
dalam Riwayat Muslim Rasullulah saw berkata : “Hingga engkau bertuma’ninah dalam berdirimu”
Hadits 2
Riwayat
An Ibn Umar ra Rasulullah saw berkata : “ketika duduk untuk berTasyahud
menaruh tangan kiri diatas lutut sebelah kiri dan tangan kanannya
diatas lutut sebelah kanan, dan memajukan jari telunjuk, dalam Riwayat
Muslim (mengumpulkan semua jarinya dan menunjuk dengan jari yang setelah
jari jempol).
Hadits 3
Riwayat An Abi Mashud ra shabat Basyir
bin Syaid “Kita diperintah untuk bershalat.. maka bagaimana kami
bershalawat keatasmu, kemudian Rasul saw terdiam lalu Rasulullah saw
menjawab “ katakanlah, Allahumma Shali’alla Muhammadin wa’alla ali
Muhammad kama shalaita ala Ibrahimma…” sampai dengan akhir shalawat
Ibrahimiyah. (HR. Muslim). (Ditambahkan oleh Ibn khuzaimah bagaimana
kami bershalawat atasmu jika kami dalam shalat).
Hadits 4
Sabda
Rasulullah saw “sesungguhnya Rasulullah saw menutup shalatnya dengan
salam” (HR.Imam Bukhari dan Muslim) dan dari Wail bin Hujr ra “aku
shalat bersama Rasul saw dan beliau salam awal sebelah kanan
(Assalamu’alaikum warohmatullahhi wabarokatu) dan salam akhir sebelah
kiri (Assalamu’alaikum warohmatullahhi wabarokatu)”.( HR. Abu daut
dengan sanad sahih )
Rukun shalat ada 17
1. Niat,
sebagaimana
hadits 1 diatas “Apabila engkau berdiri untuk melakukan shalat,,,” dan
Hadits Rasul saw “sesungguhnya amal itu dengan niat”
2. Menghadap kiblat dan berdiri dalam shalat Fardhu,
dari
susunan hadist 1 diatas bahwa hendaknya menghadap kiblat sebelum
bertakbir (syarah dari Imam alwi abbas al Maliki kitab Ibanatul ahkam)
3. Bertakbir,
yaitu
membuka shalat dalam takbirratul ikhram (pendapat terbanyak dari Imam
Syafi’I, Imam Hambali dan Imam Maliki bahwa takbiratul ikhram wajib
dengan lafdz ‘Allahhu Akbar’)
4. Membaca Alfatihah,
para ulama
sepakat Imam Syafi’I, Imam Hambali dan Imam Maliki wajibnya membaca
Alfatihah disetiap rakaatnya. sebagaimana Hadits Rasulullah saw : “
Tidak sempurna shalat seseorang bila tidak membaca biummil Qur’an (Al
Fatihah)” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Rukuk,
diriwayatkan oleh
sahabat Rasulullah saw Ubbayd assaa’idi ra berkata : “bahwasannya
melihat Rasulullah saw jika bertakbir kedua tangannya sejajar dengan
bahunya, jika berukuk kedua tangannnya memegang kedua lututnya, sampai
dengan akhir…..” ( HR. Imam Bukhari dan Muslim)
6. Tuma’ninah dalam berrukuk,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudian engkau berrukuk hingga tuma’ninah dalam berukuk…”
7. I’tidal,
sebagaimana hadits 1 diatas “… kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau meluruskan badanmu berdiri (I’tidal)…”
8. Tuma’ninah dalam I’tidal,
sebagaimana hadits 1 diatas “…Hingga engkau bertuma’ninah dalam berdirimu…”
9. Sujud pertama dan Sujud kedua,
sebagaimana
hadits 1 diatas “…kemudin bersujut hingga engkau bertuma’ninah dalam
bersujut…” dan Hadits Rasulullah saw : “aku diperintah untuk bersujud
dengan 7 anggota tubuh (atas dahi, kedua tangan, kedua lutut dan
jari-jari kaki)” ( HR. Mutafaqul’alayh). Sabda Rasul saw : “Bahwa engkau
sujud maka taruhlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu”
(HR. Muslim)
10. Tuma’ninah dalam sujud pertama dan tuma’ninah dalam
sujud kedua, sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin bersujud hingga
engkau bertuma’ninah dalam bersujud…”
11. Duduk diantara dua sujud,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin angkat kepalamu (duduk antara 2 sujud) …”
12. Tuma'ninah diantara dua sujud,
sebagaimana hadits 1 diatas “…hingga engkau bertuma’ninah dalam dudukmu…”
13. Tasyahud akhir,
Riwayat
Muslim dari Ibn Abbas berkata Rasul saw mengajari kami tasyahud
“Attahiyatul mubaarakatus shalawatutthoybatulillah…” sampai dengan
akhir.
14. Duduk diTasyahud akhir,
sebagaimana hadits 2 diatas “ ketika duduk untuk berTasyahud…”
15. Bershalawat kepada Rasul saw,
sebagaimana
hadits 3 diatas “ Kita diperintah untuk bershalat.. maka bagaimana kami
bershalawat keatasmu…”. Imam Syafi’I berpendapat bahwa beshalawat atas
Rasul saw dan keluarganya dalam shalat adalah Wajib bagi kita,
sebagaimana hadits 3 diatas.
16. Salam,
sebagaimana hadits 4
diatas “sesungguhnya Rasulullah saw menutup shalatnya dengan salam” (HR.
Imam Bukhari dan Muslim). Sebagaimana hadits 4 maka para Imam beritifak
bahwa salam awal wajib bagi seorang imam atau ma’mum atau sendiri dan
salam kedua sunah, dan paling sedikitnya salam (Assalamu’alaikum)
dikarnakan penduduk madinah melakukannya. (Kitab Ibbanatul Ahkam: Imam
Alwi bin Abbas al maliki)
17. Tertib,
Sebagaimana urutan rukun – rukun hadits diatas.
Senin, 27 Februari 2012
(FIQH) Thaharah [bersuci]
NAJIS....
Najis dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
1). najis mukhaffafah yaitu najis ringan, dari air seni bayi yg belum makan minum selain asi. Cara membersihkannya cukup dengan diciprati air.
2). najis mutawassithah, najis pertengahan, harus bersih seluruhnya dg membasuhkan air sebanyak banyaknya hingga 3 sifatnya hilang (baunya, warnanya, dan rasanya).
3). najis mughaladhah najis berat, yaitu dari anjing dan babi, jika bersentuhan dalam keadaaan salah satu dari kita (dengan keadaan basah), pembersihannya dengan mencucinya6x dg air setelah dibersihkan dulu dari 3 sifatnya, setelah tiga sifatnya bersih, baru diguyur 7x dg air lumpur (dicampur dng tanah).
Hal-hal mengenai najis:
Hal-hal yang wajib didalam wudhu:
1. niat saat membasuh muka yaitu mulai dari ujung pipi yg tersambung pd telinga kiri dan kanan, dan mulai ujung dahi atas tempat awal tumbuhnya rambut sampai bawah dagu. wajibnya adalah 1x, sunnahnya 3x.
2. membasuh tangan kanan lalu kiri dari ujung jari hingga siku, sunnahnya dilebihkan sedikit diatas siku 1x sunnahnya 3x
3. membasuh kepala 1x walau hanya beberapa helai rambut, sunnahnya seluruh rambut.
4. membasuh kedua kaki mulai mata kaki hingga ujung kaki.1x sunnahnya 3x.
5. tertib, yaitu mengikuti aturannya dan jangan mendahlukan suatu anggota tubuh kecuali menurut urutan diatas.
Sunah-sunah didalam wudhu:
1. bersentuhan antara kulit pria dan wanita dewasa tanpa penghalang berupa kain/lainnya.
2. tidur atau pingsan atau hilang kesadaran
3. keluarnya sesuatu dari Qubul atau dubur selain air mani,
4. menyentuh Qubul atau dubur manusia dengan telapak tangan tanpa penghalang/kain.
bersentuhan dengan istri membatalkan wudhu, demikian dalam madzhab syafii, jika memang dikehendaki dan mesti bersalaman maka baiknya kita memakai kaus tangan tipis.
Hal-hal lain mengenai wudhu:
1) berbicara saat wudhu tidak membatalkan wudhu, namun Imam Ghazali mengatakan hal itu makruh, namun tentunya tak membatalkan wudhu.
2) membuka aurat saat wudhu tidak membatalkan wudhu, namun merupakan hal yg makruh.
3) rambut istri dan semua wanita yg muhrim dan non muhrim jika disentuh tidak membatalkan wudhu.
4) sunnah membasuh leher saat wudhu, demikian dijelaskan oleh Hujjatul Islam al Imam Ghazali dalam bidayatul hidayah.
5) Muhrim adalah yg kita boleh berjumpa bebas dengannya tanpa perlu jilbab atau pakaian tertutup, boleh jumpa misalnya dengan celana pendek, atau pakaian bebas lainnya, dan bila bersentuhan tak batal wudhu, dan haram menikah dengan mereka.
yaitu wanita yg muhrim adalah :
dari keluarga darah daging sendiri
1. Ibu
2. nenek (ibu dari ibu dan ibu dari ayah) seterusnya
3. putri kandung
4. cucu (putri anak lelaki atau putri anak perempuan) dst.
5. saudara kandung
6. saudara perempuan (saudari kandung, saudari seayah dan saudari seibu)
7. bibi (saudari ayah atau saudari ibu)
8. keponakan (putri dari saudara lelaki dan putri dari saudara perempuan)
dari periparan
1. mertua (ibu dari istri)
2. putri dari istri
3. menantu (istri dari putra)
4. Istri dari ayah (ibu tiri)
dari persusuan
1. wanita yg disusui istri (anak suson)
2. saudari sepersusuan (wanita yg menyusui dari wnaita yg menyusui kita)
3. ibu suson (wanita yg menyusui kita)
4. wanita yg menyusui istri kita dimasa kecil (mertua suson)
Najis dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
1). najis mukhaffafah yaitu najis ringan, dari air seni bayi yg belum makan minum selain asi. Cara membersihkannya cukup dengan diciprati air.
2). najis mutawassithah, najis pertengahan, harus bersih seluruhnya dg membasuhkan air sebanyak banyaknya hingga 3 sifatnya hilang (baunya, warnanya, dan rasanya).
3). najis mughaladhah najis berat, yaitu dari anjing dan babi, jika bersentuhan dalam keadaaan salah satu dari kita (dengan keadaan basah), pembersihannya dengan mencucinya6x dg air setelah dibersihkan dulu dari 3 sifatnya, setelah tiga sifatnya bersih, baru diguyur 7x dg air lumpur (dicampur dng tanah).
Hal-hal mengenai najis:
- Najis yg ragu tidak dihukumi najis, najis hanya berlaku jika yakin dan ada 3 sifatnya (bau, rasa, dan warna) jika salah satu sifat itu ada maka itu bukti bahwa terkena najis,selama kita tdk yakin bahwa najis mengenai kita maka hukumnya suci.
- Najis hanya menajiskan bagian tubuh/bagian pakaian yg tersentuh najis, tidak mejadikan seluruh tubuh najis, dan najis tidak membatalkan wudhu, (contoh: anda dalam keadaan suci atau selepas berwudhu, kaki masih basah, lalu tersentuh anjing, maka anda membasuhnya 7x dg air lumpur/air yg bercampur tanah hanya pada tempat yg tersentuh, dan anda tidak perlu mengulangi wudhu karena najis yg menyentuh tubuh tidak membatalkan wudhu).
- Ingus atau air liur bukan merupakan najis (jika bercampur dengan darah maka najis hukumnya). Cairan yang keluar dari dalam lambung (jika muntah atau cairan muntah yg tak jadi) atau keluar cairan pahit dari lambung itu najis hukumnya.
- Semua yg terpisah dari tubuh hewan yg bukan hewan yg halal dimakan, maka hukumnya najis (Contoh: Bulu Kucing yg sudah berserakan/terlepas dari tubuhnya maka hukumnya Najis, namun dimaafkan jika bulu tersebut sedikit,,,maka jika kita suka pada kucing baiknya tempat tempat shalat terjaga dari sentuhan kucing, misalnya sajadah, mukena, dll.
- Air suci dan mensucikan/Mutlaq (contohnya: Air yang keluar dari Bumi seperti: Air Sumur , Air Laut , Air Sungai dan Mata Air. dan air yang turun dari langit seperti: Air hujan , Air embun , dan Air salju yang mencair.)
- Air suci tapi tidak mensucikan (contohnya: kopi,susu,teh dll....Dikatakan air suci tapi tidak mensucikan karena Airnya telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan suatu benda yang suci , walaupun zat-nya itu sendiri suci namun tidak sah lagi untuk bersuci)
- Air Makruh (air yang didapat dari hasil mencuri)
- Air Mutanajis (Air mutanajjis adalah air mutlak yang bersentuhan dengan benda-benda najis seperti, kotoran, kencing, darah dan lain-lain sehingga tidak suci dan menyucikan. Air mutlak yang sedikit ketika bersentuhan dengan benda najis, maka berubah menjadi mutanajjis, sekalipun tidak berubah salah satu sifatnya, yakni warna, bau dan rasanya. Sedangkan air mutlak yang banyak akan berubah menjadi mutanajjis jika bersentuhan dengan benda najis dan berubah salah satu sifatnya (baunya, rasanya, atau warnanya). Demikian pula air mutlak lainnya (air yang mengalir, sumber air, air sumur dan air hujan) akan menjadi mutanajjis jika bersentuhan dengan benda najis dan berubah salah satu sifatnya.
Hal-hal yang wajib didalam wudhu:
1. niat saat membasuh muka yaitu mulai dari ujung pipi yg tersambung pd telinga kiri dan kanan, dan mulai ujung dahi atas tempat awal tumbuhnya rambut sampai bawah dagu. wajibnya adalah 1x, sunnahnya 3x.
2. membasuh tangan kanan lalu kiri dari ujung jari hingga siku, sunnahnya dilebihkan sedikit diatas siku 1x sunnahnya 3x
3. membasuh kepala 1x walau hanya beberapa helai rambut, sunnahnya seluruh rambut.
4. membasuh kedua kaki mulai mata kaki hingga ujung kaki.1x sunnahnya 3x.
5. tertib, yaitu mengikuti aturannya dan jangan mendahlukan suatu anggota tubuh kecuali menurut urutan diatas.
Sunah-sunah didalam wudhu:
- Bersiwak
- Basmalah
- Mendahulukan yang kanan
- Kumur
- Memasukan air ke dalam hidung
- Mengeluarkan air dari dalam hidung
- Membasuh seluruh rambut
- Menggosok / Menyela
- Setiap bagian 3 kali
- Membaca Do’a wudhu
1. bersentuhan antara kulit pria dan wanita dewasa tanpa penghalang berupa kain/lainnya.
2. tidur atau pingsan atau hilang kesadaran
3. keluarnya sesuatu dari Qubul atau dubur selain air mani,
4. menyentuh Qubul atau dubur manusia dengan telapak tangan tanpa penghalang/kain.
bersentuhan dengan istri membatalkan wudhu, demikian dalam madzhab syafii, jika memang dikehendaki dan mesti bersalaman maka baiknya kita memakai kaus tangan tipis.
Hal-hal lain mengenai wudhu:
1) berbicara saat wudhu tidak membatalkan wudhu, namun Imam Ghazali mengatakan hal itu makruh, namun tentunya tak membatalkan wudhu.
2) membuka aurat saat wudhu tidak membatalkan wudhu, namun merupakan hal yg makruh.
3) rambut istri dan semua wanita yg muhrim dan non muhrim jika disentuh tidak membatalkan wudhu.
4) sunnah membasuh leher saat wudhu, demikian dijelaskan oleh Hujjatul Islam al Imam Ghazali dalam bidayatul hidayah.
5) Muhrim adalah yg kita boleh berjumpa bebas dengannya tanpa perlu jilbab atau pakaian tertutup, boleh jumpa misalnya dengan celana pendek, atau pakaian bebas lainnya, dan bila bersentuhan tak batal wudhu, dan haram menikah dengan mereka.
yaitu wanita yg muhrim adalah :
dari keluarga darah daging sendiri
1. Ibu
2. nenek (ibu dari ibu dan ibu dari ayah) seterusnya
3. putri kandung
4. cucu (putri anak lelaki atau putri anak perempuan) dst.
5. saudara kandung
6. saudara perempuan (saudari kandung, saudari seayah dan saudari seibu)
7. bibi (saudari ayah atau saudari ibu)
8. keponakan (putri dari saudara lelaki dan putri dari saudara perempuan)
dari periparan
1. mertua (ibu dari istri)
2. putri dari istri
3. menantu (istri dari putra)
4. Istri dari ayah (ibu tiri)
dari persusuan
1. wanita yg disusui istri (anak suson)
2. saudari sepersusuan (wanita yg menyusui dari wnaita yg menyusui kita)
3. ibu suson (wanita yg menyusui kita)
4. wanita yg menyusui istri kita dimasa kecil (mertua suson)
Minggu, 26 Februari 2012
Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus memiliki silsilah yang sampai kepada
Baginda Rasulullah SAW, di mana silsilah beliau yaitu: Al-imam Husein
Bin Abu Bakar Bin Abdullah Bin Husein Bin Ali Bin Muhammad Bin Ahmad Bin
Husein Ibnil Imam Syamsi Syumus Abdullah Alaydrus Akbar. Beliau
dilahirkan di sebuah desa yang bernama Ma’ibad, Hadralmaut Yaman
Selatan, dan pada usianya yang ke 11 tahun, beliau ditinggal wafat oleh
ayahnya.
Selepas
mangkatnya ayahnya, Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus hijrah ke
kota Tarim, dan ternyata di pintu kota Tarim telah menunggu seorang wali
besar, yaitu Quthbil Irsyad, Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, yang
langsung menyambut kedatangan dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar
Alaydrus. Setelah tiba di kota Tarim, beliau didampingi oleh Al-imam
Abdullah Bin Alwy Alhaddad langsung berziarah kepada Sayyidina Faqih
Muqaddam Al’imam Muhammad Bin Ali Ba’alawy, Sayyidina Abdurrahman Bin
Muhammad Assegaf dan Datuk Beliau Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar.
Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad mengatakan kepada beliau bahwa
semalam kakekmu, Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar datang kepadaku dan
mengabarkan tentang kedatanganmu wahai Husein.
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad,
Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, dan menurut cukilan dari Alhabib Ali
Bin Husein Alattas dalam kitabnya Taajul A’rasy mengatakan bahwa
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia,
beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Al-imam
Abdullah Bin Alwy Alhaddad untuk melaksanakan da’watul islam.
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus kemudian hijrah ke Asia Timur dan sampai
di Indonesia, lalu setibanya di pulau Jawa, tepatnya di Pelabuhan Sunda
Kelapa, beliau diusir kembali oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan
bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau
tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Beliau kemudian berda’wah di
tanah Batavia ini dan pada saat itu penjajah Belanda sangat sensitif
kepada para ulama karena di Sunda Kelapa ini masih ada bekas-bekas
pertempuran Sunda Kelapa yang berada di bawah pimpinan dari Sunan Gunung
Jati Al-imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya
sangat ketat dan berakibat pada dicurigainya Al-Habib Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus sebagai pemberontak, akhirnya beliau dimasukkan ke dalam
penjara, yang berada di sekitar Glodok.
Perjuangan
da’wah Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sangatlah luar biasa, dan
salah satu karomah beliau adalah di pagi hari beliau berada di dalam
penjara sementara anehnya menjelang maghrib beliau sudah tidak ada di
dalam penjara, beliau menyampaikan da’wah-da’wahnya di musholla dan
masjid-masjid, sehingga membuat takut para sipir penjara dan akhirnya
kepala sipir penjara tersebut meminta agar Habib Husein keluar saja dari
dalam penjara tapi beliau menolaknya sampai akhirnya beliau keluar dari
penjara dengan keinginannya sendiri.
Pada
suatu ketika di dalam perjalanan da’wahnya, Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus melihat seorang tentara Belanda yang memang memiliki
akhlak yang baik terhadap beliau, di mana tentara Belanda ini selalu
menegur dan ramah terhadap Beliau. Akhirnya Habib Husein memanggilnya
dan mengatakan bahwa tentara Belanda tersebut kelak akan menjadi
Gubernur, di Batavia. tentara Belanda tersebut berkata sambil tertawa
“mana mungkin aku menjadi seorang Gubernur”. Selang beberapa bulan
kemudian sang tentara Belanda tersebut dipanggil ke negerinya dan
kembali ke Batavia untuk dipercaya menjadi Gubernur.
Sang
tentara Belanda yang kini telah menjadi Gubernur teringat akan Habib
Husein dan menemui beliau seraya ta’jub atas perkataan dari Habib Husein
dan sebagai balasannya Tentara ini memberikan hadiah berupa uang,
bahkan emas, tetapi semuanya ditolak oleh Habib Husein. Karena Gubernur
tersebut memaksa, Akhirnya Al-habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus
berkata bahwa jika Engkau ingin memberiku hadiah, maka berikanlah aku
tanah yang berada di luar pelabuhan Sunda Kelapa yang saat itu sedang
surut. Tentara belanda tersebut kaget dan berkata percuma bila Aku
berikan tanah tersebut, sebentar lagi air akan naik dan daratan itu akan
terendam air laut. Al-habib Husein berkata “bila Engkau berikan
sekarang, maka mulai saat ini air tidak akan pernah pasang bahkan hingga
yaumil qiyamah”.. Allahu Akbar.. sehingga akhirnya diberikanlah tanah
tersebut.
Al-habib
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus memiliki tanah ± 10 hektar dan di atas
tanah tersebut, kemudian pertama kali yang dibangun oleh Al-imam Husein
Bin Abu Bakar Alaydrus adalah Masjid, kemudian rumah beliau yang saat
ini menjadi tempat pusaranya beliau. Dan semenjak itu, dipatok
tanah-tanah tersebut yang besarnya ± sampai 10 hektar dengan pilar dan
batang-batang sehingga daerah ini dikenal dengan sebutan “Luar Batang”, disebabkan diluar pelabuhan Sunda Kelapa muncullah batang-batang. Di
sini beliau bersama salah satu muridnya Haji Abdul Qodir yang merupakan
penterjemahnya mengajarkan kepada murid-muridnya yang dating dari
Banten, Indramayu, Cirebon, Tuban Gresik dan pelosok-pelosok kota lain
di Indonesia.
Al-imam
Husein Bin Abu Bakar Alaydrus Wafat pada Malam 17 Ramadhan, akan tetapi
mengapa acara haul dari beliau diperingati setiap hari Ahad di akhir
bulan Syawwal?
Karena
ini merupakan ijtima’ dari para ulama dan habaib yang saat itu berada
di bawah pimpinan Mufti Betawi yaitu Alhabib Utsman Bin Abdullah Bin
Yahya. Di mana para penjajah saat itu masih menguasai dan transportasi
yang sangat sulit sekali serta bertepatan dengan keadaan orang-orang
yang sedang berpuasa, sehingga diputuskanlah oleh para ulama dan habaib
agar pelaksanaan Haul Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus diadakan
pada akhir Ahad bulan Syawwal, di mana setelah orang-orang melaksanakan
silaturrahim lebaranan barulah kembali berkumpul dan bersilaturrahim di
pusara beliau untuk memperingati Haulnya Al-imam Husein Bin Abu Bakar
Alaydrus.
Inilah
sekelumit tentang perjalanan dan perjuangan dari Al-imam Husein Bin Abu
Bakar Alaydrus. Semoga Allah semakin mengangkat derajat beliau dan
semoga kita semua mendapatkan curahan keberkahan, rahasia-rahasia dan
ilmu serta karomah dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.. Amin Ya
Robbal Alamin.
Sabtu, 25 Februari 2012
MAULID TANDA KEGEMBIRAAN UMAT
Dan ketika hampir tiba saatnya kelahiran insan
tercinta ini, gema ucapan selamat datang yang hangat berkumandang di
langit dan bumi. Hujan kemurahan Ilahi tercurah atas penghuni alam
dengan lebatnya,
Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira kuasa Allah
menyingkap tabir rahasia tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit
sempurna di alam nyata;
"CAHAYA MENGUNGGULI SEGENAP CAHAYA"
. Ketetapan-Nya pun terlaksana atas orang pilihan yang ni'mat-Nya
disempurnakan bagi mereka; yang menunggu detik-detik kelahirannya;
sebagai penghibur pribadinya yang beruntung; dan ikut bergembira mereguk
ni'mat berlimpah ini.
Maka hadirlah dengan taufik Allah; As-Sayyidah Maryam dan As-sayyidah
Asiah, bersama sejumlah bidadari surga yang beroleh kemuliaan agung yang
di bagi-bagikan oleh Allah atas mereka yang di kehendaki.
Dan tibalah saat yang telah di atur Alloh bagi kelahiran (maulud) ini.
Maka menyingsinglah fajar keutamaan nan cerah terang benderang menjulang
tinggi......
.Dan lahirlah insan pemuji dan terpuji_tunduk khusyu' di hadapan
Allah,dengan segala penghormatan tulus dan sembah sujud.
demikianlah syair yang ditujukan atas peristiwa di detik-detik
kelahiran Nabi Saw yang di gubah oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi didalam kitab maulid Simtuddurornya.
Imam Nawawi didalam kitabnya yang berjudul
“Madaarij” menyatakan : “ bahwa orang yang mementingkan aktif didalam
peringatan maulid Nabi Muhammad S.a.w. itu adalah dari pada
sebesar-besarnya ibadah dengan diisi pembacaan Al-Qur’an, bersedekah,
dan menerangkan sejarah kelahiran Nabi Saw.
Sabda Nabi S.a.w. :“Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah”.
Pernyataan Khulafa Ar-Rasyidin tentang maulidur rasul
Sayyidina Abu Bakar A-Shiddiq R.a. berkata : “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi maka aku sahabatnya di hari kiamat".
Sayidina Umar Bin Khattab R.a. berkata : “Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad Saw sesungguhnya orang itu menghidupkan agama Islam".
Sayidina Ustman Bin Affan R.a. : “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi S.a.w. maka sesungguhnya orang tersebut seperti hadir di perang Badar dan Hunain”.
Sayidina Ali bin Abi Tholib K.w.h. : ” barang siapa yang membesarkan mauled Nabi Muhammad S.a.w maka apabila mati masuk sorga”.
Imam Syafi’I r.h.m. : “ siapa yang mengumpulkan saudaranya buat hadir di tempat maulid Nabi S.a.w. lalu menyediakan makanan serta berbuat baik di dalamnya maka orang tersebut di hari kiamat akan di bangkitkan bersama para shidiqin, Syuhada dan Sholihin dan berada di surga An-Na’im. Namun apa penertian maulid itu ?".
Maulid secara bahasa berarti adalah hari kelahiran,adapun maulid yang biasa kita kenal adalah suatu perayaan/peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. yang di selenggarakan secara berjamaah dibacakan ayat-ayat Alqur'an dan riwayat hidup kekasih Alloh Nabi Muhammad Saw serta sholawat dan pujian-pujian kepada beliau Saw, dengan maksud mengagungkan martabat Nabi Muhammad SAW dan memperlihatkan kegembiraan Kaum muslimin menyambut kelahiran beliau S.a.w. Assayid Al-Hafizd Al-musnid Prof.Dr. Muhammad Bin Alwy Al-Maliky Al-Hasaniy (mufti Mekkah) mengutarakan tentang bolehnya perayaan atau peringatan maulid Nabi SAW didalam kitabnya yang berjudul "Mafahim Yajibu An Tusahhah” , yang kita sebutkan beberapa diantaranya:
a) peringatan maulid memantulkan kegembiraan kaum muslimin menyambut junjungan mereka, Nabi Muhammad SAW. bahkan orang kafir pun memperoleh manfaat dari sikapnya yang menyambut gembira kelahiran beliau seperti Abu Lahab, misalnya. sebuah hadist didalam Shohih Bukhori menerangkankan, bahwa tiap hari senin Abu Lahab diringankan adzabnya, karena memerdekakan budak perempuannya, tsuwaibah, sebagai tanda kegembiraannya menyambut kelahiran putera saudaranya. 'abdulloh bin abdulmutholib, yaitu Nabi Muhammad Saw, jadi jika orang kafir saja memperoleh manfaat dari kegembiraannya menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw apalagi orang beriman.
b) Rosululloh S.a.w. sendiri menghormati hari kelahiran beliau, dan bersyukur kepada Allah S.W.T. atas karunia ni’mat-Nya yang besar itu. Beliau dilahirkan di alam wujud sebagai hamba Alloh yang paling mulia dan sebagai rahmat bagi seluruh wajud. Cara beliau menghormati hari kelahirannya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rosululloh S.a.w. ditanya oleh beberapa orang sahabat mengenai puasa beliau tiap hari senin, beliau menjawab: “pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Allah menurunkan wahyu kepadaku” ( diriwayatkan oleh Muslim didalam “Shahih”nya ). Puasa yang beliau lakukan itu merupakan cara beliau memperingati hari maulidnya sendiri. Memang tidak berupa perayaan, tetapi makna dan tujuannya adalah sama, yaitu peringatan. Peringatan dapat dilakukan dengan cara berpuasa, dengan memberi makan kepada fihak yang membutuhkan, dengan berkumpul untuk berzikir dan bersholawat, atau dengan menguraikan keagungan perilaku beliau sebagai manusia termulia.
C) pernyataan senang dan gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. merupakan tuntunan Al_Qur’an. Sebagaimana Allah berfirman:
“ Katakanlah : dengan karunia Alloh dan rahmatNya, hendaklah (dengan itu ) mereka bergembira “. (S. Yunus:58)
Allah S.W.T memerintahkan kita bergembira atas rahmatNya, dan Nabi Muhammad S.a.w. jelas merupakan rahmat terbesar bagi kita dan alam semesta, sebagaimana firman Allah:
“Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta“ . (S. Al_Anbiya : 107). D) Memuliakan Rosululloh S.a.w. adalah ketentuan syari’at yang wajib dipenuhi. Memperingati ulang tahun kelahiran beliau dengan memperlihatkan kegembiraan, menyelenggarakan walimah, mengumpulkan jama’ah untuk berzikir mengingat beliau, menyantuni kaum fakir miskin dan amal-amal kebajikan lainnya adalah bagian dari cara kita menghormati dan memuliakan beliau. Itu semua menunjukan pula betapa betapa besar kegembiraan dan perasaan syukur kita kepada Allah atas hidayat yang dilimpahkan kepada kita melalui seorang Nabi dan Rosul pilihan-Nya.
E) Perayaan atau peringatan maulid Nabi dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negri, dan diadakan oleh mereka. Menurut kai’dah hukum syara’ kegiatan demikian itu adalah Mathlub syar’an (menjadi tuntutan syara’). Hadist mauquf dari Ibnu Mas’ud R.a. megaskan : “ apa yang di pandang baik oleh kaum muslimin, di sisi Allah itu adalah baik, dan apa yang di pandang buruk oleh kaum muslimin, disisi Alloh itu adalah buruk “ (Hadist di keluarkan oleh Imam Ahmad).
BEBERAPA PANDANGAN PARA ULAMA MENGENAI MAULID.
1. Telah berkata Sulthanul-'Arifin Jalaluddin as-Sayuthi dalam kitabnya berjudul "al-Wasaail fi syarhisy Syamaail" "Tidak ada sebuah rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan padanya Maulidin Nabi s.a.w. melainkan akan dikitari/dikelilingi/diselubungi tempat itu oleh para malaikat akan ahli yang hadir di tempat tersebut serta dirantai mereka oleh Allah dengan rahmat. Para malaikat yang diselubungi/diliputi/dikalungi cahaya yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, 'Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun, maka bahwasanya mereka berdoa bagi siapa-siapa yang menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidin Nabi s.a.w. " Imam as-Sayuthi berkata: "Tidak ada seseorang Islam yang diperbacakan dalam rumahnya akan Maulidin Nabi s.a.w. melainkan diangkat Allah kemarau, wabah, kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, hasad dengki, kejahatan 'ain (sihir pandangan) dan kecurian daripada ahli rumah tersebut, maka apabila dia mati, Allah akan mempermudahkan atasnya menjawab soal Munkar dan Nakir dan adalah dia ditempatkan pada kedudukan as-Shidq di sisi Allah Raja yang Maha Berkuasa." Mungkin ada yang bertanya kenapa ada orang baca mawlid tetapi masih menerima malapetaka dan bencana. Apa mau dikata, bahkan para Nabi pun mendapat musibah duniawi sebagai ujian daripada Allah s.w.t., karena semuanya berlaku atas kehendak Allah semata-mata. namun musibah duniawi adalah ringan dibanding musibah berbentuk maknawi. Keselamatan dari musibah maknawi ini yang diutamakan, biar rumah kita dicuri asalkan iman dan kesabaran serta tawakkal kita pada Allah tidak turut dicuri . Mungkin juga Allah belum menerima amalan kita, sehingga tidak menjadi sebab mendapat rahmat Allah tersebut, oleh itu teruskan usaha dan tingkatkan amal. Yakin kepada kemurahan Allah yang tiada terbatas dan carilah syafaat daripada Junjungan s.a.w. Lebih lanjut Imam jalaluddin As-suyuty menjelaskan dalam risalahnya yang berjudul "Husnul-Maqosid fi A'malil-Maulid : "orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi SAW ialah Sultan Al-Mudzaffar, penguasa arbil (suatu tempat di Iraq sebelah timur / selatan kota mausil).peringatan tersebut dihadiri oleh para ulama terkemuka dan orang-orang sholeh dari kaum sufi. tiap tahun Al-Mudzaffar mengeluarkan biaya sebesar 300.000 dinar untuk peringatan maulid, dengan niat semata-mata untuk taqorrub kepada Alloh SWT Menurut kenyataan, tak seorang pun dari ulama dan orang-orang saleh yang hadir dalam peringatan itu mengingkari kebajikan dan fadilah peringatan maulid, bahkan semua merestui dan memuji prakarsa Sultan Mudzaffar, atas permintaan Sultan Mudzaffar, Ibnu Dahyah menulis sebuah kitab khusus mengenai maulid Nabi SAW dengan judul: "At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir An-Nazdir". kitab itu ditulis pada tahun 604 H. dan ternyata diakui kebaikannya oleh para ulama pada masa itu.
2. Syaikh DhiyaUddin Ahmad bin Sa`id ad-Darini dalam kitabnya " Thaharatul Qulub wal Khudu' li Allamil Ghuyub " menulis antara lain:- Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai'ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai'ah kepada-Nya.
3. Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya "I`anatuth-Tholibin" jilid 3 halaman 414 menyatakan antara lain:- Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: "Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul." Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: "barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya." Telah berkata Syaikh Ma'ruuf al-Karkhi qds.: "barang siapa yang menyediakan untuk pembacaan mawlid ar-Rasul akan makanan, menghimpunkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu-lampu, berpakaian baru, berwangi-wangian, berhias-hias, demi membesarkan mawlid Junjungan s.a.w., niscaya dia akan dihimpunkan oleh Allah ta`ala pada hari kiamat bersama-sama kumpulan pertama daripada para nabi dan jadilah dia berada pada derajat yang tinggi di syurga. Dan barang siapa yang telah membaca mawlid ar-Rasul s.a.w. di atas dirham-dirham perak atau emas, dan mencampurkannya bersama dirham-dirham lain, maka akan turun keberkahan dan tidaklah akan miskin pemiliknya serta tidak akan kosong tangannya dengan berkah mawlid ar-Rasul s.a.w." Seterusnya Sidi Syatha dalam "I`anatuth-Tholibin" menyambung:- Dan telah berkata al-Imam al-Yafi`i al-Yamani (sesetengah kitab tersilap cetak di mana huruf "ya" berubah kepada "syin" menyebabkan perkataan ini dinisbahkan kepada Imam asy-Syafi`i):- "barang siapa yang menghimpunkan untuk Mawlidin Nabi s.a.w. saudara-saudaranya, menyediakan makanan dan tempat serta berbuat ihsan sehingga menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidir Rasul s.a.w., dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat berserta dengan para shiddiqin, syuhada` dan sholihin serta dimasukkan dia ke dalam syurga-syurga yang penuh keni'matan." • Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya "al-Mawlid asy-Syarif al-Mu`adzdzham", Syaikh Ibnu Zahira al-Hanafi dalam "al-Jami' al-Lathif fi Fasl Makkah wa ahliha", ad-Diyabakri dalam "Tarikh al-Khamis" dan Syaikh an-Nahrawali dalam "al-I'lam bi a'lami Bait Allah al-haram", menulis senario sambutan Mawlid Nabi s.a.w. di Makkah seperti berikut:- Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa' (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu'jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu' dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.
4. Imamul Mujtahiddin Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “kemulian hari mauled Nabi Muhammad S.a.w. dan diperingatinya secara berkala (berlanjut) sebagaimana yang di lakukan kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rosul pembawa hidayat bagi semua ummat manusia”.
Ringkasannya peringatan maulid Nabi adalah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat, karena itu kesempatan itu wajib digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Lalu penyelenggaraan peringatan maulid tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabi”ul awal dan tidak harus tepat pada hari senin, meskipun tanggal dan hari itu lebih afdhol. peringatan maulid dapat di lakukan kapan saja mengingat syari’at islam sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan serta memandangnya sebagai kebajikan yang perlu dilestarikan pengamalannya, karena besarnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, baik bagi kepentingan agama islam maupun bagi kepentingan kaum muslimin. Wallohu A’lam Bi As-Shoab.
Sumber : “Al-Bayan Asyaafii Fi Mafahim Al-Khilaafii “ As-Sayyid Muhammad bin Husein Al-Hamid Al-Husaini.
Sabda Nabi S.a.w. :“Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah”.
Pernyataan Khulafa Ar-Rasyidin tentang maulidur rasul
Sayyidina Abu Bakar A-Shiddiq R.a. berkata : “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi maka aku sahabatnya di hari kiamat".
Sayidina Umar Bin Khattab R.a. berkata : “Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad Saw sesungguhnya orang itu menghidupkan agama Islam".
Sayidina Ustman Bin Affan R.a. : “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi S.a.w. maka sesungguhnya orang tersebut seperti hadir di perang Badar dan Hunain”.
Sayidina Ali bin Abi Tholib K.w.h. : ” barang siapa yang membesarkan mauled Nabi Muhammad S.a.w maka apabila mati masuk sorga”.
Imam Syafi’I r.h.m. : “ siapa yang mengumpulkan saudaranya buat hadir di tempat maulid Nabi S.a.w. lalu menyediakan makanan serta berbuat baik di dalamnya maka orang tersebut di hari kiamat akan di bangkitkan bersama para shidiqin, Syuhada dan Sholihin dan berada di surga An-Na’im. Namun apa penertian maulid itu ?".
Maulid secara bahasa berarti adalah hari kelahiran,adapun maulid yang biasa kita kenal adalah suatu perayaan/peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. yang di selenggarakan secara berjamaah dibacakan ayat-ayat Alqur'an dan riwayat hidup kekasih Alloh Nabi Muhammad Saw serta sholawat dan pujian-pujian kepada beliau Saw, dengan maksud mengagungkan martabat Nabi Muhammad SAW dan memperlihatkan kegembiraan Kaum muslimin menyambut kelahiran beliau S.a.w. Assayid Al-Hafizd Al-musnid Prof.Dr. Muhammad Bin Alwy Al-Maliky Al-Hasaniy (mufti Mekkah) mengutarakan tentang bolehnya perayaan atau peringatan maulid Nabi SAW didalam kitabnya yang berjudul "Mafahim Yajibu An Tusahhah” , yang kita sebutkan beberapa diantaranya:
a) peringatan maulid memantulkan kegembiraan kaum muslimin menyambut junjungan mereka, Nabi Muhammad SAW. bahkan orang kafir pun memperoleh manfaat dari sikapnya yang menyambut gembira kelahiran beliau seperti Abu Lahab, misalnya. sebuah hadist didalam Shohih Bukhori menerangkankan, bahwa tiap hari senin Abu Lahab diringankan adzabnya, karena memerdekakan budak perempuannya, tsuwaibah, sebagai tanda kegembiraannya menyambut kelahiran putera saudaranya. 'abdulloh bin abdulmutholib, yaitu Nabi Muhammad Saw, jadi jika orang kafir saja memperoleh manfaat dari kegembiraannya menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw apalagi orang beriman.
b) Rosululloh S.a.w. sendiri menghormati hari kelahiran beliau, dan bersyukur kepada Allah S.W.T. atas karunia ni’mat-Nya yang besar itu. Beliau dilahirkan di alam wujud sebagai hamba Alloh yang paling mulia dan sebagai rahmat bagi seluruh wajud. Cara beliau menghormati hari kelahirannya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rosululloh S.a.w. ditanya oleh beberapa orang sahabat mengenai puasa beliau tiap hari senin, beliau menjawab: “pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Allah menurunkan wahyu kepadaku” ( diriwayatkan oleh Muslim didalam “Shahih”nya ). Puasa yang beliau lakukan itu merupakan cara beliau memperingati hari maulidnya sendiri. Memang tidak berupa perayaan, tetapi makna dan tujuannya adalah sama, yaitu peringatan. Peringatan dapat dilakukan dengan cara berpuasa, dengan memberi makan kepada fihak yang membutuhkan, dengan berkumpul untuk berzikir dan bersholawat, atau dengan menguraikan keagungan perilaku beliau sebagai manusia termulia.
C) pernyataan senang dan gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. merupakan tuntunan Al_Qur’an. Sebagaimana Allah berfirman:
“ Katakanlah : dengan karunia Alloh dan rahmatNya, hendaklah (dengan itu ) mereka bergembira “. (S. Yunus:58)
Allah S.W.T memerintahkan kita bergembira atas rahmatNya, dan Nabi Muhammad S.a.w. jelas merupakan rahmat terbesar bagi kita dan alam semesta, sebagaimana firman Allah:
“Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta“ . (S. Al_Anbiya : 107). D) Memuliakan Rosululloh S.a.w. adalah ketentuan syari’at yang wajib dipenuhi. Memperingati ulang tahun kelahiran beliau dengan memperlihatkan kegembiraan, menyelenggarakan walimah, mengumpulkan jama’ah untuk berzikir mengingat beliau, menyantuni kaum fakir miskin dan amal-amal kebajikan lainnya adalah bagian dari cara kita menghormati dan memuliakan beliau. Itu semua menunjukan pula betapa betapa besar kegembiraan dan perasaan syukur kita kepada Allah atas hidayat yang dilimpahkan kepada kita melalui seorang Nabi dan Rosul pilihan-Nya.
E) Perayaan atau peringatan maulid Nabi dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negri, dan diadakan oleh mereka. Menurut kai’dah hukum syara’ kegiatan demikian itu adalah Mathlub syar’an (menjadi tuntutan syara’). Hadist mauquf dari Ibnu Mas’ud R.a. megaskan : “ apa yang di pandang baik oleh kaum muslimin, di sisi Allah itu adalah baik, dan apa yang di pandang buruk oleh kaum muslimin, disisi Alloh itu adalah buruk “ (Hadist di keluarkan oleh Imam Ahmad).
BEBERAPA PANDANGAN PARA ULAMA MENGENAI MAULID.
1. Telah berkata Sulthanul-'Arifin Jalaluddin as-Sayuthi dalam kitabnya berjudul "al-Wasaail fi syarhisy Syamaail" "Tidak ada sebuah rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan padanya Maulidin Nabi s.a.w. melainkan akan dikitari/dikelilingi/diselubungi tempat itu oleh para malaikat akan ahli yang hadir di tempat tersebut serta dirantai mereka oleh Allah dengan rahmat. Para malaikat yang diselubungi/diliputi/dikalungi cahaya yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, 'Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun, maka bahwasanya mereka berdoa bagi siapa-siapa yang menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidin Nabi s.a.w. " Imam as-Sayuthi berkata: "Tidak ada seseorang Islam yang diperbacakan dalam rumahnya akan Maulidin Nabi s.a.w. melainkan diangkat Allah kemarau, wabah, kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, hasad dengki, kejahatan 'ain (sihir pandangan) dan kecurian daripada ahli rumah tersebut, maka apabila dia mati, Allah akan mempermudahkan atasnya menjawab soal Munkar dan Nakir dan adalah dia ditempatkan pada kedudukan as-Shidq di sisi Allah Raja yang Maha Berkuasa." Mungkin ada yang bertanya kenapa ada orang baca mawlid tetapi masih menerima malapetaka dan bencana. Apa mau dikata, bahkan para Nabi pun mendapat musibah duniawi sebagai ujian daripada Allah s.w.t., karena semuanya berlaku atas kehendak Allah semata-mata. namun musibah duniawi adalah ringan dibanding musibah berbentuk maknawi. Keselamatan dari musibah maknawi ini yang diutamakan, biar rumah kita dicuri asalkan iman dan kesabaran serta tawakkal kita pada Allah tidak turut dicuri . Mungkin juga Allah belum menerima amalan kita, sehingga tidak menjadi sebab mendapat rahmat Allah tersebut, oleh itu teruskan usaha dan tingkatkan amal. Yakin kepada kemurahan Allah yang tiada terbatas dan carilah syafaat daripada Junjungan s.a.w. Lebih lanjut Imam jalaluddin As-suyuty menjelaskan dalam risalahnya yang berjudul "Husnul-Maqosid fi A'malil-Maulid : "orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi SAW ialah Sultan Al-Mudzaffar, penguasa arbil (suatu tempat di Iraq sebelah timur / selatan kota mausil).peringatan tersebut dihadiri oleh para ulama terkemuka dan orang-orang sholeh dari kaum sufi. tiap tahun Al-Mudzaffar mengeluarkan biaya sebesar 300.000 dinar untuk peringatan maulid, dengan niat semata-mata untuk taqorrub kepada Alloh SWT Menurut kenyataan, tak seorang pun dari ulama dan orang-orang saleh yang hadir dalam peringatan itu mengingkari kebajikan dan fadilah peringatan maulid, bahkan semua merestui dan memuji prakarsa Sultan Mudzaffar, atas permintaan Sultan Mudzaffar, Ibnu Dahyah menulis sebuah kitab khusus mengenai maulid Nabi SAW dengan judul: "At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir An-Nazdir". kitab itu ditulis pada tahun 604 H. dan ternyata diakui kebaikannya oleh para ulama pada masa itu.
2. Syaikh DhiyaUddin Ahmad bin Sa`id ad-Darini dalam kitabnya " Thaharatul Qulub wal Khudu' li Allamil Ghuyub " menulis antara lain:- Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai'ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai'ah kepada-Nya.
3. Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya "I`anatuth-Tholibin" jilid 3 halaman 414 menyatakan antara lain:- Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: "Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul." Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: "barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya." Telah berkata Syaikh Ma'ruuf al-Karkhi qds.: "barang siapa yang menyediakan untuk pembacaan mawlid ar-Rasul akan makanan, menghimpunkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu-lampu, berpakaian baru, berwangi-wangian, berhias-hias, demi membesarkan mawlid Junjungan s.a.w., niscaya dia akan dihimpunkan oleh Allah ta`ala pada hari kiamat bersama-sama kumpulan pertama daripada para nabi dan jadilah dia berada pada derajat yang tinggi di syurga. Dan barang siapa yang telah membaca mawlid ar-Rasul s.a.w. di atas dirham-dirham perak atau emas, dan mencampurkannya bersama dirham-dirham lain, maka akan turun keberkahan dan tidaklah akan miskin pemiliknya serta tidak akan kosong tangannya dengan berkah mawlid ar-Rasul s.a.w." Seterusnya Sidi Syatha dalam "I`anatuth-Tholibin" menyambung:- Dan telah berkata al-Imam al-Yafi`i al-Yamani (sesetengah kitab tersilap cetak di mana huruf "ya" berubah kepada "syin" menyebabkan perkataan ini dinisbahkan kepada Imam asy-Syafi`i):- "barang siapa yang menghimpunkan untuk Mawlidin Nabi s.a.w. saudara-saudaranya, menyediakan makanan dan tempat serta berbuat ihsan sehingga menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidir Rasul s.a.w., dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat berserta dengan para shiddiqin, syuhada` dan sholihin serta dimasukkan dia ke dalam syurga-syurga yang penuh keni'matan." • Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya "al-Mawlid asy-Syarif al-Mu`adzdzham", Syaikh Ibnu Zahira al-Hanafi dalam "al-Jami' al-Lathif fi Fasl Makkah wa ahliha", ad-Diyabakri dalam "Tarikh al-Khamis" dan Syaikh an-Nahrawali dalam "al-I'lam bi a'lami Bait Allah al-haram", menulis senario sambutan Mawlid Nabi s.a.w. di Makkah seperti berikut:- Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa' (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu'jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu' dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.
4. Imamul Mujtahiddin Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “kemulian hari mauled Nabi Muhammad S.a.w. dan diperingatinya secara berkala (berlanjut) sebagaimana yang di lakukan kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rosul pembawa hidayat bagi semua ummat manusia”.
Ringkasannya peringatan maulid Nabi adalah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat, karena itu kesempatan itu wajib digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Lalu penyelenggaraan peringatan maulid tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabi”ul awal dan tidak harus tepat pada hari senin, meskipun tanggal dan hari itu lebih afdhol. peringatan maulid dapat di lakukan kapan saja mengingat syari’at islam sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan serta memandangnya sebagai kebajikan yang perlu dilestarikan pengamalannya, karena besarnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, baik bagi kepentingan agama islam maupun bagi kepentingan kaum muslimin. Wallohu A’lam Bi As-Shoab.
Sumber : “Al-Bayan Asyaafii Fi Mafahim Al-Khilaafii “ As-Sayyid Muhammad bin Husein Al-Hamid Al-Husaini.
Tipu Daya Iblis Dalam Bekerja
Dalam Suatu Konfrensi,
iblis, setan, dan jin fasik sedang membahas cara menjauhkan umat islam
dari tuhannya, maka berkata iblis selaku pimpinan, "kita tak dapat
melarang kaum muslim kemasjid, kita tak dapat melarang mereka membaca
Al-Quran, bahkan kita tidak bisa melarang mereka dalam mendekatkan diri
dng tuhan mereka,pd saat mereka melakukan hubungan dng Allah, maka
kekuatan kita akan lumpuh.." kata iblis
"oleh sebab itu biarkanlah mereka tetap pergi ke masjid, biarkan mereka tetap melakukan ibadah kepada tuhannya, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak punya lagi waktu untuk mendekatkan diri kpd Allah" lanjut iblis
"inilah yg akan kita lakukan, alihkan mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kpd Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari" kata Iblis
lalu setan dan jin fasik pun bertanya, "bagaimana cara kami melakukannya..?"
iblis pun berkata, "rayu mereka semua agar suka BELANJA, BELANJA, BELANJA, SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG"
"bujuk para isteri atau wanita untuk bekerja diluar rumah 5-7 hari dalam seminggu, 10-12 jm/minggu"
"jng biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak/suami/keluarga mereka, jika keluarga mereka mulai tdk harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang bekerja, dorong trus cara berfikir mereka sprti itu,sehingga mereka tdk merasa lagi ada ketenangan dirumah"
"penuhi meja2 rumah mereka dng majalah2 dan tabloid2 duniawi, cekoki mereka dng berbagai berita dan gosip setiap hari"
"buatlah para isteri/wanita itu menjadi sangat letih pada malam hari krna bekerja serta buatlah mereka sering sakit kepala,jika para isteri tidak memberikan pelayanan cinta yg diinginkan oleh suami, maka sang suami akan mencari2 yg lain diluar, hal inilah yg akan mempercepat retaknya sebuah keluarga"
"sibukan mereka sehingga tdk pny lagi waktu untuk mengaji/ mengkaji berbagai ajaran islam, arahkan mereka ketempat2 hiburan, fitness, pertandingan2, karaoke2, konser2 musik dan bioskop"
"buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK, DAN SIBUK"
"perhatikan mereka jika berjumpa dng orng2 yg sholeh, bisikan gosip2 dan percakapan yg tidak berarti sehingga pertemuan mereka itu menjadi sia2"
"isi kehidupan mereka dng keindahan2 semu, yg akan mmbuat mereka semakin terbuai dan tdk pny waktu untuk mempelajari atau memperdalam ajaran agama"
"bisiki mereka pemahaman2 sekuler, pemahaman2 modern, buat mereka menganggap ajaran islam itu ajaran yg kuno, tak terbuka dan cenderung menekan, bisikan pda mereka alibi alibi agar mereka dpt melanggar aturan tuhannya,tanpa mereka merasa bahwa hal itu salah"
"maka dng segera mereka akan merasa bahwa, keberhasilan, kebaikan, kesehatan diri dan keluarganya adalah merupakan hasil usahanya yg mati matian dan bukan atas izin dan kehendak Allah"
"PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL, ini benar2 rencana bagus"
kemudian iblis,setan dan jin fasik itu pun kemudian pergi dng penuh semngat melakukan tugas tugasnya yaitu MEMBUAT PARA MUSLIMIN LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT DAN LEBIH SENANG DNG HURA2 dan hanya menyisakan sedikit saja waktu untuk Allah sang pencipta, hny untuk formalitas sholat 5 wktu saja yg itu pun dikerjakannya dng terburu buru dan rasa malas, serta tidak punya waktu lagi untuk bersilaturahmi dan saling mengingatkan akan Allah dan Rasulnya..
renungkan lah itu semua terutama kalian wahai wanita..
apa yg membuat kalian merasa cara kalian itu benar..?
apa yg membuat kalian makin tak bersyukur dan durhaka kpd Allah serta suamimu..?
berani beraninya kalian mentalak sang suami...
berani beraninya kalian pergi pagi pulang malam tanpa mahram yg mengawasi...
bisa bisanya kalian pergi tanpa ijin suami..
bisa bisanya kalian berpakaian rapi bukan untuk sang suami..
tidak ingatkah kalian dng masa lalu..??
saat harga dirimu diinjak2, dilecehkan dan tak dianggap berharga sama sekali dibandingkan dng seekor kuda sekalipun..
kelahiran kalian dulu hanya menjadi sebuah aib bagi keluarga, tak pantas hidup dan lebih baik dibunuh, dijadikan budak pada masa itu...
namun islam dng rahmatnya datang dan mengubah segalanya, menjadikan dunia lebih indah bagi wanita, didalam islam wanita wajib dihormati, disayangi, dikasihi, dan dihargai..
bahkan wanita mempunyai kedudukan yg mulia dibandingkan para lelaki..
maka nikmat tuhan mana lagikah yg kau dustakan..?
mengapa sekarang kalian sering menyebut2 "EMANSIPASI WANITA"
tidak sadarkah kalian, BAHWA ISLAM YG PERTAMA KALI MEMERDEKAKANHAK HAK KALIAN, ISLAM YG PERTAMA KALI MEMBELA HAK HAK KALIAN, ISLAM YG PERTAMA KALI MELEPASKAN BELENGGU KETIDAKADILAN DIANTARA KALIAN..
maka mengapa sekarang kalian berani beraninya menantang, melunjak, memperdebatkan lagi hak hak kalian dng alibi "EMANSIPASI WANITA"
INGATLAH WAHAI KAUM HAWA..andaikata tak ada islam yg dulu pernah membela, maka sampai detik ini, menit ini, dan hari ini harga diri kalian tak lebih besar drpd seekor kuda..
bersyukurlah kalian, bukan si "kartini" yg membawa perubahan pada hidup wanita, TAPI ISLAM LAH YG MEMBUAT KALIAN SAMPAI SAAT INI MASIH BISA TERSENYUM BAHAGIA..
BERHENTILAH MEMINTA LEBIH, BERHENTILAH DURHAKA PADA SANG ILAHI, PATUHLAH KALIAN KPD SUAMI KALIAN, JIKA TAU AKAN SEPERTI INI, MNGKIN MENYESAL SANG NABI TELAH MEMBELA HARGA DIRI KALIAN...
"oleh sebab itu biarkanlah mereka tetap pergi ke masjid, biarkan mereka tetap melakukan ibadah kepada tuhannya, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak punya lagi waktu untuk mendekatkan diri kpd Allah" lanjut iblis
"inilah yg akan kita lakukan, alihkan mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kpd Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari" kata Iblis
lalu setan dan jin fasik pun bertanya, "bagaimana cara kami melakukannya..?"
iblis pun berkata, "rayu mereka semua agar suka BELANJA, BELANJA, BELANJA, SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG"
"bujuk para isteri atau wanita untuk bekerja diluar rumah 5-7 hari dalam seminggu, 10-12 jm/minggu"
"jng biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak/suami/keluarga mereka, jika keluarga mereka mulai tdk harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang bekerja, dorong trus cara berfikir mereka sprti itu,sehingga mereka tdk merasa lagi ada ketenangan dirumah"
"penuhi meja2 rumah mereka dng majalah2 dan tabloid2 duniawi, cekoki mereka dng berbagai berita dan gosip setiap hari"
"buatlah para isteri/wanita itu menjadi sangat letih pada malam hari krna bekerja serta buatlah mereka sering sakit kepala,jika para isteri tidak memberikan pelayanan cinta yg diinginkan oleh suami, maka sang suami akan mencari2 yg lain diluar, hal inilah yg akan mempercepat retaknya sebuah keluarga"
"sibukan mereka sehingga tdk pny lagi waktu untuk mengaji/ mengkaji berbagai ajaran islam, arahkan mereka ketempat2 hiburan, fitness, pertandingan2, karaoke2, konser2 musik dan bioskop"
"buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK, DAN SIBUK"
"perhatikan mereka jika berjumpa dng orng2 yg sholeh, bisikan gosip2 dan percakapan yg tidak berarti sehingga pertemuan mereka itu menjadi sia2"
"isi kehidupan mereka dng keindahan2 semu, yg akan mmbuat mereka semakin terbuai dan tdk pny waktu untuk mempelajari atau memperdalam ajaran agama"
"bisiki mereka pemahaman2 sekuler, pemahaman2 modern, buat mereka menganggap ajaran islam itu ajaran yg kuno, tak terbuka dan cenderung menekan, bisikan pda mereka alibi alibi agar mereka dpt melanggar aturan tuhannya,tanpa mereka merasa bahwa hal itu salah"
"maka dng segera mereka akan merasa bahwa, keberhasilan, kebaikan, kesehatan diri dan keluarganya adalah merupakan hasil usahanya yg mati matian dan bukan atas izin dan kehendak Allah"
"PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL, ini benar2 rencana bagus"
kemudian iblis,setan dan jin fasik itu pun kemudian pergi dng penuh semngat melakukan tugas tugasnya yaitu MEMBUAT PARA MUSLIMIN LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT DAN LEBIH SENANG DNG HURA2 dan hanya menyisakan sedikit saja waktu untuk Allah sang pencipta, hny untuk formalitas sholat 5 wktu saja yg itu pun dikerjakannya dng terburu buru dan rasa malas, serta tidak punya waktu lagi untuk bersilaturahmi dan saling mengingatkan akan Allah dan Rasulnya..
renungkan lah itu semua terutama kalian wahai wanita..
apa yg membuat kalian merasa cara kalian itu benar..?
apa yg membuat kalian makin tak bersyukur dan durhaka kpd Allah serta suamimu..?
berani beraninya kalian mentalak sang suami...
berani beraninya kalian pergi pagi pulang malam tanpa mahram yg mengawasi...
bisa bisanya kalian pergi tanpa ijin suami..
bisa bisanya kalian berpakaian rapi bukan untuk sang suami..
tidak ingatkah kalian dng masa lalu..??
saat harga dirimu diinjak2, dilecehkan dan tak dianggap berharga sama sekali dibandingkan dng seekor kuda sekalipun..
kelahiran kalian dulu hanya menjadi sebuah aib bagi keluarga, tak pantas hidup dan lebih baik dibunuh, dijadikan budak pada masa itu...
namun islam dng rahmatnya datang dan mengubah segalanya, menjadikan dunia lebih indah bagi wanita, didalam islam wanita wajib dihormati, disayangi, dikasihi, dan dihargai..
bahkan wanita mempunyai kedudukan yg mulia dibandingkan para lelaki..
maka nikmat tuhan mana lagikah yg kau dustakan..?
mengapa sekarang kalian sering menyebut2 "EMANSIPASI WANITA"
tidak sadarkah kalian, BAHWA ISLAM YG PERTAMA KALI MEMERDEKAKANHAK HAK KALIAN, ISLAM YG PERTAMA KALI MEMBELA HAK HAK KALIAN, ISLAM YG PERTAMA KALI MELEPASKAN BELENGGU KETIDAKADILAN DIANTARA KALIAN..
maka mengapa sekarang kalian berani beraninya menantang, melunjak, memperdebatkan lagi hak hak kalian dng alibi "EMANSIPASI WANITA"
INGATLAH WAHAI KAUM HAWA..andaikata tak ada islam yg dulu pernah membela, maka sampai detik ini, menit ini, dan hari ini harga diri kalian tak lebih besar drpd seekor kuda..
bersyukurlah kalian, bukan si "kartini" yg membawa perubahan pada hidup wanita, TAPI ISLAM LAH YG MEMBUAT KALIAN SAMPAI SAAT INI MASIH BISA TERSENYUM BAHAGIA..
BERHENTILAH MEMINTA LEBIH, BERHENTILAH DURHAKA PADA SANG ILAHI, PATUHLAH KALIAN KPD SUAMI KALIAN, JIKA TAU AKAN SEPERTI INI, MNGKIN MENYESAL SANG NABI TELAH MEMBELA HARGA DIRI KALIAN...
MERAYAKAN MAULIDUR RASUL
Sebagian dari kaum penyebar syubhat telah
menyebut perayaan Maulidur Rasul saaw sebagai perbuatan bid’ah dholalah.
Banyak sudah argumen yang mereka kemukakan. Namun semua argumen itu
tidaklah berdasar pada dalil-dalil yang dapat dibenarkan kecuali oleh
orang-orang yang mudah ditipu. Pada tulisan kali ini, kami mencoba
mengemukakan beberapa argumen untuk menunjukkan betapa perayaan Maulidur
Rasul itu adalah suatu hal yang mulia.
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (Yunus: 85)
Merayakan Maulid itu agak berbeda dengan merayakan Natal. Umat Kristiani merayakan Natal adalah dalam rangka menyembah dan mengkultuskan Yesus yang mereka yakini lahir pada tanggal 25 Desember. Dan mereka menjadikan tanggal 25 Desember itu sebagai hari khusus dalam merayakan kelahiran Yesus. Walau pun sebagian sarjana Alkitab telah menyatakan bahwa Yesus tidaklah lahir pada tanggal 25 Desember di musim dingin, melainkan pada bulan Ilul di musim semi atau musim kering. Bahkan mereka menjelaskan bahwa tanggal 25 Desember itu sebenarnya adalah perayaan orang Romawi untuk merayakan hari lahir dari dewa Sol Invictus.
Merayakan Maulid juga agak berbeda dengan merayakan Asyura dimana kita berpuasa sunnah pada tanggal 10 Muharram dalam rangka bersyukur dan taqarrub kepada Allah.
Merayakan Maulidur Rasul tidak hanya terpaku pada hari lahirnya Sang Cahaya (QS. Al-Maidah: 15). Maulidur Rasul dilakukan juga dalam rangka mengenang riwayat hidup Sang Juru Syafaat. Adalah benar bahwa Rasulullah saaw lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal di tahun Gajah. Namun tidak seperti perayaan lain yang terpaku pada satu hari tertentu, perayaan Maulidur Rasul saaw dapat dilakukan setiap hari. Tidak hanya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tidak hanya di bulan Rabiul Awwal, tidak hanya di hari Senin. Bahkan setiap hari di sepanjang tahun, kita dapat merayakan Maulidur Rasul. Karena sudah semestinyalah bagi kita ummat Islam untuk bergembira setiap saat atas karunia Allah berupa lahirnya sang pembawa Syari’atul Muthohharoh. Maka perayaan Maulidur Rasul ini tidak bisa disamakan dengan perayaan Natal atau pun Milad Partai yang terpaku pada satu hari tertentu.
KEISTIMEWAAN 12 RABIUL AWAL
Walau perayaan Maulid tidak terpaku pada tanggal 12 Rabiul Awwal, namun tanggal 12 Rabiul Awwal tetaplah hari yang istimewa bagi para pecinta Rasul saaw dan Shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum. Karena pada tanggal 12 Rabiul Awwal itulah Sang Kekasih lahir ke dunia ini. Itulah tonggak sejarah baru dalam kehidupan manusia menuju Al-Haqq. Pada hari itu telah tumbang segala simbol kemusyrikan. Pada hari itu, api biara Majusi telah dipadamkan, jatuhlah mahkota Kisra Persia, dan Makkah diterangi cahaya gemilang.
Hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal juga merupakan hari tibanya Rasulullah di Madinah. Pada hari itu, datanglah Sang Bulan Purnama dari celah-celah bukit. Maka bersyukurlah kita atas hijrahnya Rasulullah saaw dan atas selamatnya beliau tiba di Madinah. Tibanya Rasulullah di Madinah adalah fase kebangkitan selanjutnya dari da’wah ilallah. Itulah sebabnya kaum Anshor menyambut kedatangan beliau sambil berdiri dan menabuh rebana. Mereka melantunkan syair yang begitu indah, "Thola’al badru ‘alayna min tsaniyatil wada’. Wajabasy syukru ‘alayna ma da’a lillahi da’."
Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal pula Rasulullah saaw wafat. Pada hari itu, ummat Islam mengalami kegoncangan yang dahsyat. Lalu muncullah Ad-Da’i ilallah, Sayyidina Abu Bakar, yang membangkitkan kembali semangat kaum Muslimin dengan pidatonya yang terkenal. Pada hari itulah peristiwa agung lainnya terjadi, yaitu kebangkitan semangat Muslimin setelah diterpa ujian besar.
Maka wajarlah jika tanggal 12 Rabiul Awwal dijadikan salah satu hari istimewa bagi kaum Muslimin. Namun untuk merayakan Maulidur Rasul sebagai rasa gembira kita atas karunia besar tersebut, kita tidak mesti hanya merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Bahkan sepatutnya kita bergembira dan merayakan Maulidur Rasul pada setiap hari di sepanjang tahun.
RASUL PUN MERAYAKAN MAULID
Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah berkata : Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw berakikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadits no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah berakikah untuknya kakeknya Abdulmuththalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil'aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : "Husnul-Maqashid fii 'Amalil-Maulid".
Rasul pun pernah ditanya tentang puasa di hari Senin. Maka beliau menjawab bahwa pada hari itulah beliau saaw dilahirkan. Maka dengan alasan itu pula kita berpuasa di hari Senin. Dan dengan alasan itu pula dibolehkan bagi kita untuk beribadah kepada Allah dalam rangka bersyukur atas lahirnya Rasulullah saaw. Maka boleh bagi kita untuk membesarkan hari lahir beliau saaw dengan ibadah apa saja, tidak hanya dengan puasa, tetapi dengan ibadah yang lainnya pun boleh.
SAHABAT PUN BERMAULID
Dalam kitab-kitab maulid atau rawi, kita dapat menjumpai kalimat-kalimat pujian atas Rasulullah saaw yang sebenarnya dikutip dari Al-Qur`an, hadits, atau pun perkataan para shahabat.
Paman Nabi, Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib pernah berkata: Wahai Nabi, engkau adalah cahaya Allah SWT yang diletakkan pada sulbi Nabi Adam as, sehingga ketika Nabi Adam as turun ke muka bumi ini, engkau ikut turun ke muka bumi bersama Nabi Adam as. Lalu nabi Adam as melahirkan anaknya, dan anaknya melahirkan keturunan, sehingga engkau bersama Nabi Nuh as ketika banjir besar melanda kaumnya, sehingga engkau berada di sulbi para laki-laki mulya yang menikahi wanita-wanita suci, sehingga engkau dilahirkan oleh ibumu dengan cahaya yang terang benderang, dan sungguh hingga kini kami masih dalam naungan cahayamu.
Kalimat-kalimat pujian di atas itu akan kita dapati di dalam kitab-kitab maulid seperti dalam kitab maulid Ad-Diba’i. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa Sayyidina Abdullah bin Abbas ra meriwayatkan bahwa Nabi saaw bersabda: Sesungguhnya ada seorang Quraisy yang saat itu masih berwujud nur di hadapan Allah 2000 tahun sebelum penciptaan Nabi Adam as. Nur itu selalu bertasbih kepada Allah. Dan bersamaan dengan tasbihnya itu bertasbih pula para malaikat mengikutinya. Ketika Allah akan menciptakan Adam, nur itu pun diletakkan pada tanah liat asal kejadian Adam. Lalu Allah menurunkan nur itu ke muka bumi melalui punggung Nabi Adam. Dan Allah membawaku ke dalam kapal dalam tulang sulbi Nabi Nuh as, dan menjadikan aku dalam tulang sulbi Nabi Ibrahim Al-Khalil, ketika ia dilemparkan ke dalam api. Tak henti-hentinya Allah memindahkan aku dari rangkaian tulang sulbi yang suci, kepada rahim yang suci dan megah. Hingga akhirnya Allah melahirkan aku melalui kedua orangtuaku yang sama sekali tidak pernah berbuat serong.
(Jika kita melihat silsilah Yesus dalam Alkitab, tentu kita akan tercengang oleh moyang Yesus yang pernah berbuat serong, yaitu Yehuda dan Tamar.)
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa para shahabat pun terkadang berkumpul bersama Nabi saaw, dan mereka membacakan syair-syair pujian di hadapan Nabi saaw dan beliau saaw tidak melarang mereka, bahkan Rasulullah saaw mendoakan mereka sebagai tanda keridhoan beliau saaw atas perkataan mereka yang sesungguhnya tidak menyimpang dari Syari’atul Muthohharoh.
Bukan Muhammad namanya jika tidak boleh dipuji. Beliau dinamakan Muhammad, karena beliau memang pantas dipuji. Ketika kita memuji beliau saaw, sesungguhnya kita telah memuji Pencipta beliau. Jika Anda telah memuji istri dan anak Anda dengan ‘cahaya mata’, mengapa Anda enggan memuji Muhammad Rasulullah? Jika Anda telah memuji kecantikan isteri Anda, mengapa Anda tidak memuji keluhuran Muhammad Rasulullah saaw? Jika Anda mengagungkan Ka’bah sebagai qiblat Anda, mengapa Anda tidak mengagungkan Muhammad Rasulullah? Memuji dan mengagungkan Rasulullah bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada beliau, sebagaimana ketika kita shalat menghadap Ka’bah bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada Ka’bah.
Jika Anda beri’tiqad bahwa memuji dan mengagungkan Rasulullah itu syirik, maka jangan lagi Anda shalat menghadap Ka’bah, toh kemana pun Anda menghadap, disitu Anda dapati Wajah Allah. Dan jangan lagi Anda mencium Hajar Aswad. Jangan lagi Anda bersa’i antara Shofa dan Marwah. Jangan lagi Anda berthawaf mengelilingi Ka’bah. Karena berdasarkan i’tiqad tersebut, semua itu adalah merupakan penyembahan kepada Ka’bah, Hajar Aswad, Shofa, dan Marwah.
Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah: 158]
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. [QS. Al-Hajj: 30]
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. [QS. Al-Hajj: 32]
Adakah sesuatu yang lebih terhormat dari Muhammad Rasulullah saaw di sisi Allah? Siapakah yang namanya berdampingan dengan Nama Allah di pintu surga? Siapakah nama yang disebut Nabi Adam as untuk bertawassul ketika beliau melakukan suatu kesalahan? Tidak layakkah Muhammad Rasulullah saaw untuk diagungkan oleh orang-orang yang bertaqwa? Tidak ada makhluq yang lebih layak untuk diagungkan daripada Muhammad Rasulullah saaw. Kerena beliau saaw adalah makhluq paling terhormat di sisi Allah.
Dari Umar ra. Ia berkata: Rasulullah SAAW bersabda, “Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata: “Wahai Rabbku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad akan dosa-dosaku, agar Engkau mengampuniku.” Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia) ?” Adam menjawab: “Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan ruh-Mu ke dalam diriku, maka Engkau Mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di atas kaki-kaki arsy tertulis ‘Laa Ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah’ sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam Nama-Mu kecuali makhluq yang paling Engkau cintai.” Lalu Allah Berfirman: “Benar engkau wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluq yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku dengan haq dia, maka sungguh Aku Mengampunimu. Sekiranya tidak ada Muhammad, maka Aku tidak menciptakanmu.” [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz 2 halaman 615, dan beliau mengatakan shahih. Juga Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Ibnu Taimiyah mengutipnya dalam kitab Al-Fatwa juz 2 halaman 150, dan beliau menggunakannya sebagai tafsir/penjelasan bagi hadits-hadits yang shahih]
Pembacaan rawi dalam perayaan-perayaan maulid bukanlah suatu perkara bid’ah, karena sebenarnya hal itu juga telah dilakukan para shahabat di hadapan Rasulullah saaw. Begitu juga dengan berdiri ketika "Asyroqol" atau pun "Thola’al", itu bukanlah suatu bid’ah. Karena kita hanya meniru-niru shahabat. Dengan demikian, kita bisa merasakan apa yang dirasakan shahabat pada saat itu, yaitu kegembiraan yang hanya bisa dirasakan dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dengan meniru tindakan para shahabat tersebut, kita merasa bahwa jiwa kita menyatu dengan jiwa mereka, atau jiwa kita seakan kembali ke masa ketika Rasulullah saaw tiba di Madinatun Nabi pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Pembacaan Maulid/Rawi dan segala kaifiatnya itu bagaikan pertunjukkan drama dimana kita berperan sebagai para shahabat yang sedang menyambut kekasih mereka saaw; bagaikan napak tilas kehidupan para shahabat ketika mereka hidup berdampingan dengan sang kekasih saaw. Kita memang tidak hidup sezaman dengan Rasulullah saaw, tetapi kita dapat merasakan bahwa Rasulullah saaw selalu mendampingi kehidupan kita. Spirit seperti inilah yang dicoba untuk dibangkitkan oleh ulama, yaitu kehidupan ummat yang selalu merasakan kehadiran Rasulullah saaw. Spirit yang timbul dari pancaran jiwa Muhammad Rasulullah saaw. Rasa seperti ini tidak dapat dipahami, kecuali oleh mereka yang selalu merindukan pertemuan dengan kekasih mereka, Muhammad Rasulullah saaw.
PARA HAFIZH PUN BERMAULID
Hafizh adalah sebutan bagi orang yang telah menghafal setidaknya seratus ribu hadits berikut sanadnya. Dan tentunya mereka telah lebih dahulu menghafal Al-Qur`an. Kitab-kitab maulid yang dibaca dalam perayaan maulid pada umumnya adalah kitab-kitab yang dikarang oleh para hafizh. Tentunya mereka menyusun kitab maulid berdasarkan ilmu mereka yang bagaikan samudera bila dibandingkan dengan ilmu kita yang hanya setetes saja. Rawi yang mereka tuliskan adalah berdasarkan hadits-hadits shahih yang mereka ketahui sanadnya. Maka tidak sepantasnya jika kita menyebut pembacaan kitab maulid/rawi itu sebagai perkara bid’ah DHALALAH.
Diantara ulama ahli sunnah wal jama’ah yang menyetujui perayaan maulid adalah:
1. Imam Al Hafizh Ibn Hajar Al Atsqalaniy rahimahullah.
2. Imam Al Hafizh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah.
3. Imam Al Hafizh Abu Syaamah rahimahullah.
4. Imamul Qurra' Al-Hafizh Syamsuddin Aljazriy.
5. Imam Al Hafizh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy pengarang beberapa kitab maulid : Jaami' al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafaz arra'iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
6. Imam Al Hafizh Assakhawiy.
7. Imam Al Hafizh Ibn Abidin rahimahullah.
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah pengarangan kitab maulid "Al Aruus"
9. Imam Al Hafizh Al Qasthalaniy rahimahullah.
10. Imam Al Hafizh Al Muhaddis Abul-Khattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah, pengarangan kitab maulid "Attanwir fi maulid basyir an nadzir".
11. Imam al Hafizh Ibn Katsir pengarang kitab maulid yang dikenal dengan kitab maulid ibn Katsir.
12. Imam Al Hafizh Al 'Iraqy pengarang kitab maulid "Maurid al hana fi maulid assana"
13. Imam Assyakhawiy pengarang kitab maulid Al Fajr al Ulwi fi maulid an Nabawi.
14. Al Allamah al Faqih Ali Zainal Abidin As Syamhudi pengarang kitab maulid Al Mawarid al Haniah fi maulid Khairil Bariyyah
17. Al Imam Hafizh Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As Syaibaniy yang terkenal dengan ibn Diba' pengarang kitab maulid Ad-Diba'i
18. Imam ibn Hajar al Haitsami pengarang kitab maulid Itmam an-Ni'mah alal Alam bi Maulid Sayid Waladu Adam.
19. Imam Ibrahim Baajuri.
20. Al Allamah Ali Al Qari' pengarang kitab maulid Maurud ar-Rowi fi Maulid Nabawi.
21. Al Allamah al Muhaddits Ja'far bin Hasan Al Barzanji pengarang kitab maulid yang terkenal dengan kitab maulid Barzanji.
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Ja’far al Kattani dengan maulid Al Yaman wal Is'ad bi Maulid Khair al-Ibad.
Mereka semua adalah ulama-ulama ahli sunnah wal jama’ah yang dapat dipercaya keilmuwannya. Mereka adalah pemelihara Al-Qur`an dan Hadits-Hadits Rasulullah saaw. Sedangkan mereka yang menentang perayaan maulid, sudah berapa hadits yang mereka hafal? Dari hadits-hadits yang mereka hafal, berapa hadits yang sanadnya bersambung dari guru mereka hingga kepada Rasulullah saaw? Mungkin tidak satu pun hadits yang mereka hafal itu memiliki sanad yang bersambung dari guru mereka hingga kepada Rasulullah saaw. Paling mereka menghafal hadits itu dari Kitab-Kitab Hadits yang beredar sekarang, dimana mereka hanya tahu bahwa hadits itu mereka dapat dari Imamul Bukhori dari Shahabat dari Rasulullah saaw. Sedangkan para ulama yang menyetujui perayaan maulid ini, mereka menghafal sekian ratus ribu hadits berikut sanadnya, dimana mereka mendapat hadits-hadits itu dari guru mereka dari gurunya dari gurunya, terus begitu hingga dari tabi’it tabi’in dari tabi’in dari shahabat dari Rasulullah saaw. Lalu pendapat siapakah yang lebih pantas diikuti? Pendapat para ulama yang luas ilmunya, ataukah pendapat para penebar syubhat yang dangkal ilmunya dan picik cara berfikirnya?
Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (Yunus: 85)
Merayakan Maulid itu agak berbeda dengan merayakan Natal. Umat Kristiani merayakan Natal adalah dalam rangka menyembah dan mengkultuskan Yesus yang mereka yakini lahir pada tanggal 25 Desember. Dan mereka menjadikan tanggal 25 Desember itu sebagai hari khusus dalam merayakan kelahiran Yesus. Walau pun sebagian sarjana Alkitab telah menyatakan bahwa Yesus tidaklah lahir pada tanggal 25 Desember di musim dingin, melainkan pada bulan Ilul di musim semi atau musim kering. Bahkan mereka menjelaskan bahwa tanggal 25 Desember itu sebenarnya adalah perayaan orang Romawi untuk merayakan hari lahir dari dewa Sol Invictus.
Merayakan Maulid juga agak berbeda dengan merayakan Asyura dimana kita berpuasa sunnah pada tanggal 10 Muharram dalam rangka bersyukur dan taqarrub kepada Allah.
Merayakan Maulidur Rasul tidak hanya terpaku pada hari lahirnya Sang Cahaya (QS. Al-Maidah: 15). Maulidur Rasul dilakukan juga dalam rangka mengenang riwayat hidup Sang Juru Syafaat. Adalah benar bahwa Rasulullah saaw lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal di tahun Gajah. Namun tidak seperti perayaan lain yang terpaku pada satu hari tertentu, perayaan Maulidur Rasul saaw dapat dilakukan setiap hari. Tidak hanya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tidak hanya di bulan Rabiul Awwal, tidak hanya di hari Senin. Bahkan setiap hari di sepanjang tahun, kita dapat merayakan Maulidur Rasul. Karena sudah semestinyalah bagi kita ummat Islam untuk bergembira setiap saat atas karunia Allah berupa lahirnya sang pembawa Syari’atul Muthohharoh. Maka perayaan Maulidur Rasul ini tidak bisa disamakan dengan perayaan Natal atau pun Milad Partai yang terpaku pada satu hari tertentu.
KEISTIMEWAAN 12 RABIUL AWAL
Walau perayaan Maulid tidak terpaku pada tanggal 12 Rabiul Awwal, namun tanggal 12 Rabiul Awwal tetaplah hari yang istimewa bagi para pecinta Rasul saaw dan Shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum. Karena pada tanggal 12 Rabiul Awwal itulah Sang Kekasih lahir ke dunia ini. Itulah tonggak sejarah baru dalam kehidupan manusia menuju Al-Haqq. Pada hari itu telah tumbang segala simbol kemusyrikan. Pada hari itu, api biara Majusi telah dipadamkan, jatuhlah mahkota Kisra Persia, dan Makkah diterangi cahaya gemilang.
Hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal juga merupakan hari tibanya Rasulullah di Madinah. Pada hari itu, datanglah Sang Bulan Purnama dari celah-celah bukit. Maka bersyukurlah kita atas hijrahnya Rasulullah saaw dan atas selamatnya beliau tiba di Madinah. Tibanya Rasulullah di Madinah adalah fase kebangkitan selanjutnya dari da’wah ilallah. Itulah sebabnya kaum Anshor menyambut kedatangan beliau sambil berdiri dan menabuh rebana. Mereka melantunkan syair yang begitu indah, "Thola’al badru ‘alayna min tsaniyatil wada’. Wajabasy syukru ‘alayna ma da’a lillahi da’."
Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal pula Rasulullah saaw wafat. Pada hari itu, ummat Islam mengalami kegoncangan yang dahsyat. Lalu muncullah Ad-Da’i ilallah, Sayyidina Abu Bakar, yang membangkitkan kembali semangat kaum Muslimin dengan pidatonya yang terkenal. Pada hari itulah peristiwa agung lainnya terjadi, yaitu kebangkitan semangat Muslimin setelah diterpa ujian besar.
Maka wajarlah jika tanggal 12 Rabiul Awwal dijadikan salah satu hari istimewa bagi kaum Muslimin. Namun untuk merayakan Maulidur Rasul sebagai rasa gembira kita atas karunia besar tersebut, kita tidak mesti hanya merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Bahkan sepatutnya kita bergembira dan merayakan Maulidur Rasul pada setiap hari di sepanjang tahun.
RASUL PUN MERAYAKAN MAULID
Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah berkata : Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw berakikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadits no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah berakikah untuknya kakeknya Abdulmuththalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil'aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : "Husnul-Maqashid fii 'Amalil-Maulid".
Rasul pun pernah ditanya tentang puasa di hari Senin. Maka beliau menjawab bahwa pada hari itulah beliau saaw dilahirkan. Maka dengan alasan itu pula kita berpuasa di hari Senin. Dan dengan alasan itu pula dibolehkan bagi kita untuk beribadah kepada Allah dalam rangka bersyukur atas lahirnya Rasulullah saaw. Maka boleh bagi kita untuk membesarkan hari lahir beliau saaw dengan ibadah apa saja, tidak hanya dengan puasa, tetapi dengan ibadah yang lainnya pun boleh.
SAHABAT PUN BERMAULID
Dalam kitab-kitab maulid atau rawi, kita dapat menjumpai kalimat-kalimat pujian atas Rasulullah saaw yang sebenarnya dikutip dari Al-Qur`an, hadits, atau pun perkataan para shahabat.
Paman Nabi, Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib pernah berkata: Wahai Nabi, engkau adalah cahaya Allah SWT yang diletakkan pada sulbi Nabi Adam as, sehingga ketika Nabi Adam as turun ke muka bumi ini, engkau ikut turun ke muka bumi bersama Nabi Adam as. Lalu nabi Adam as melahirkan anaknya, dan anaknya melahirkan keturunan, sehingga engkau bersama Nabi Nuh as ketika banjir besar melanda kaumnya, sehingga engkau berada di sulbi para laki-laki mulya yang menikahi wanita-wanita suci, sehingga engkau dilahirkan oleh ibumu dengan cahaya yang terang benderang, dan sungguh hingga kini kami masih dalam naungan cahayamu.
Kalimat-kalimat pujian di atas itu akan kita dapati di dalam kitab-kitab maulid seperti dalam kitab maulid Ad-Diba’i. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa Sayyidina Abdullah bin Abbas ra meriwayatkan bahwa Nabi saaw bersabda: Sesungguhnya ada seorang Quraisy yang saat itu masih berwujud nur di hadapan Allah 2000 tahun sebelum penciptaan Nabi Adam as. Nur itu selalu bertasbih kepada Allah. Dan bersamaan dengan tasbihnya itu bertasbih pula para malaikat mengikutinya. Ketika Allah akan menciptakan Adam, nur itu pun diletakkan pada tanah liat asal kejadian Adam. Lalu Allah menurunkan nur itu ke muka bumi melalui punggung Nabi Adam. Dan Allah membawaku ke dalam kapal dalam tulang sulbi Nabi Nuh as, dan menjadikan aku dalam tulang sulbi Nabi Ibrahim Al-Khalil, ketika ia dilemparkan ke dalam api. Tak henti-hentinya Allah memindahkan aku dari rangkaian tulang sulbi yang suci, kepada rahim yang suci dan megah. Hingga akhirnya Allah melahirkan aku melalui kedua orangtuaku yang sama sekali tidak pernah berbuat serong.
(Jika kita melihat silsilah Yesus dalam Alkitab, tentu kita akan tercengang oleh moyang Yesus yang pernah berbuat serong, yaitu Yehuda dan Tamar.)
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa para shahabat pun terkadang berkumpul bersama Nabi saaw, dan mereka membacakan syair-syair pujian di hadapan Nabi saaw dan beliau saaw tidak melarang mereka, bahkan Rasulullah saaw mendoakan mereka sebagai tanda keridhoan beliau saaw atas perkataan mereka yang sesungguhnya tidak menyimpang dari Syari’atul Muthohharoh.
Bukan Muhammad namanya jika tidak boleh dipuji. Beliau dinamakan Muhammad, karena beliau memang pantas dipuji. Ketika kita memuji beliau saaw, sesungguhnya kita telah memuji Pencipta beliau. Jika Anda telah memuji istri dan anak Anda dengan ‘cahaya mata’, mengapa Anda enggan memuji Muhammad Rasulullah? Jika Anda telah memuji kecantikan isteri Anda, mengapa Anda tidak memuji keluhuran Muhammad Rasulullah saaw? Jika Anda mengagungkan Ka’bah sebagai qiblat Anda, mengapa Anda tidak mengagungkan Muhammad Rasulullah? Memuji dan mengagungkan Rasulullah bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada beliau, sebagaimana ketika kita shalat menghadap Ka’bah bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada Ka’bah.
Jika Anda beri’tiqad bahwa memuji dan mengagungkan Rasulullah itu syirik, maka jangan lagi Anda shalat menghadap Ka’bah, toh kemana pun Anda menghadap, disitu Anda dapati Wajah Allah. Dan jangan lagi Anda mencium Hajar Aswad. Jangan lagi Anda bersa’i antara Shofa dan Marwah. Jangan lagi Anda berthawaf mengelilingi Ka’bah. Karena berdasarkan i’tiqad tersebut, semua itu adalah merupakan penyembahan kepada Ka’bah, Hajar Aswad, Shofa, dan Marwah.
Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah: 158]
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. [QS. Al-Hajj: 30]
Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. [QS. Al-Hajj: 32]
Adakah sesuatu yang lebih terhormat dari Muhammad Rasulullah saaw di sisi Allah? Siapakah yang namanya berdampingan dengan Nama Allah di pintu surga? Siapakah nama yang disebut Nabi Adam as untuk bertawassul ketika beliau melakukan suatu kesalahan? Tidak layakkah Muhammad Rasulullah saaw untuk diagungkan oleh orang-orang yang bertaqwa? Tidak ada makhluq yang lebih layak untuk diagungkan daripada Muhammad Rasulullah saaw. Kerena beliau saaw adalah makhluq paling terhormat di sisi Allah.
Dari Umar ra. Ia berkata: Rasulullah SAAW bersabda, “Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata: “Wahai Rabbku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad akan dosa-dosaku, agar Engkau mengampuniku.” Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia) ?” Adam menjawab: “Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan ruh-Mu ke dalam diriku, maka Engkau Mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di atas kaki-kaki arsy tertulis ‘Laa Ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah’ sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam Nama-Mu kecuali makhluq yang paling Engkau cintai.” Lalu Allah Berfirman: “Benar engkau wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluq yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku dengan haq dia, maka sungguh Aku Mengampunimu. Sekiranya tidak ada Muhammad, maka Aku tidak menciptakanmu.” [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz 2 halaman 615, dan beliau mengatakan shahih. Juga Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Ibnu Taimiyah mengutipnya dalam kitab Al-Fatwa juz 2 halaman 150, dan beliau menggunakannya sebagai tafsir/penjelasan bagi hadits-hadits yang shahih]
Pembacaan rawi dalam perayaan-perayaan maulid bukanlah suatu perkara bid’ah, karena sebenarnya hal itu juga telah dilakukan para shahabat di hadapan Rasulullah saaw. Begitu juga dengan berdiri ketika "Asyroqol" atau pun "Thola’al", itu bukanlah suatu bid’ah. Karena kita hanya meniru-niru shahabat. Dengan demikian, kita bisa merasakan apa yang dirasakan shahabat pada saat itu, yaitu kegembiraan yang hanya bisa dirasakan dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dengan meniru tindakan para shahabat tersebut, kita merasa bahwa jiwa kita menyatu dengan jiwa mereka, atau jiwa kita seakan kembali ke masa ketika Rasulullah saaw tiba di Madinatun Nabi pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Pembacaan Maulid/Rawi dan segala kaifiatnya itu bagaikan pertunjukkan drama dimana kita berperan sebagai para shahabat yang sedang menyambut kekasih mereka saaw; bagaikan napak tilas kehidupan para shahabat ketika mereka hidup berdampingan dengan sang kekasih saaw. Kita memang tidak hidup sezaman dengan Rasulullah saaw, tetapi kita dapat merasakan bahwa Rasulullah saaw selalu mendampingi kehidupan kita. Spirit seperti inilah yang dicoba untuk dibangkitkan oleh ulama, yaitu kehidupan ummat yang selalu merasakan kehadiran Rasulullah saaw. Spirit yang timbul dari pancaran jiwa Muhammad Rasulullah saaw. Rasa seperti ini tidak dapat dipahami, kecuali oleh mereka yang selalu merindukan pertemuan dengan kekasih mereka, Muhammad Rasulullah saaw.
PARA HAFIZH PUN BERMAULID
Hafizh adalah sebutan bagi orang yang telah menghafal setidaknya seratus ribu hadits berikut sanadnya. Dan tentunya mereka telah lebih dahulu menghafal Al-Qur`an. Kitab-kitab maulid yang dibaca dalam perayaan maulid pada umumnya adalah kitab-kitab yang dikarang oleh para hafizh. Tentunya mereka menyusun kitab maulid berdasarkan ilmu mereka yang bagaikan samudera bila dibandingkan dengan ilmu kita yang hanya setetes saja. Rawi yang mereka tuliskan adalah berdasarkan hadits-hadits shahih yang mereka ketahui sanadnya. Maka tidak sepantasnya jika kita menyebut pembacaan kitab maulid/rawi itu sebagai perkara bid’ah DHALALAH.
Diantara ulama ahli sunnah wal jama’ah yang menyetujui perayaan maulid adalah:
1. Imam Al Hafizh Ibn Hajar Al Atsqalaniy rahimahullah.
2. Imam Al Hafizh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah.
3. Imam Al Hafizh Abu Syaamah rahimahullah.
4. Imamul Qurra' Al-Hafizh Syamsuddin Aljazriy.
5. Imam Al Hafizh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy pengarang beberapa kitab maulid : Jaami' al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafaz arra'iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
6. Imam Al Hafizh Assakhawiy.
7. Imam Al Hafizh Ibn Abidin rahimahullah.
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah pengarangan kitab maulid "Al Aruus"
9. Imam Al Hafizh Al Qasthalaniy rahimahullah.
10. Imam Al Hafizh Al Muhaddis Abul-Khattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah, pengarangan kitab maulid "Attanwir fi maulid basyir an nadzir".
11. Imam al Hafizh Ibn Katsir pengarang kitab maulid yang dikenal dengan kitab maulid ibn Katsir.
12. Imam Al Hafizh Al 'Iraqy pengarang kitab maulid "Maurid al hana fi maulid assana"
13. Imam Assyakhawiy pengarang kitab maulid Al Fajr al Ulwi fi maulid an Nabawi.
14. Al Allamah al Faqih Ali Zainal Abidin As Syamhudi pengarang kitab maulid Al Mawarid al Haniah fi maulid Khairil Bariyyah
17. Al Imam Hafizh Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As Syaibaniy yang terkenal dengan ibn Diba' pengarang kitab maulid Ad-Diba'i
18. Imam ibn Hajar al Haitsami pengarang kitab maulid Itmam an-Ni'mah alal Alam bi Maulid Sayid Waladu Adam.
19. Imam Ibrahim Baajuri.
20. Al Allamah Ali Al Qari' pengarang kitab maulid Maurud ar-Rowi fi Maulid Nabawi.
21. Al Allamah al Muhaddits Ja'far bin Hasan Al Barzanji pengarang kitab maulid yang terkenal dengan kitab maulid Barzanji.
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Ja’far al Kattani dengan maulid Al Yaman wal Is'ad bi Maulid Khair al-Ibad.
Mereka semua adalah ulama-ulama ahli sunnah wal jama’ah yang dapat dipercaya keilmuwannya. Mereka adalah pemelihara Al-Qur`an dan Hadits-Hadits Rasulullah saaw. Sedangkan mereka yang menentang perayaan maulid, sudah berapa hadits yang mereka hafal? Dari hadits-hadits yang mereka hafal, berapa hadits yang sanadnya bersambung dari guru mereka hingga kepada Rasulullah saaw? Mungkin tidak satu pun hadits yang mereka hafal itu memiliki sanad yang bersambung dari guru mereka hingga kepada Rasulullah saaw. Paling mereka menghafal hadits itu dari Kitab-Kitab Hadits yang beredar sekarang, dimana mereka hanya tahu bahwa hadits itu mereka dapat dari Imamul Bukhori dari Shahabat dari Rasulullah saaw. Sedangkan para ulama yang menyetujui perayaan maulid ini, mereka menghafal sekian ratus ribu hadits berikut sanadnya, dimana mereka mendapat hadits-hadits itu dari guru mereka dari gurunya dari gurunya, terus begitu hingga dari tabi’it tabi’in dari tabi’in dari shahabat dari Rasulullah saaw. Lalu pendapat siapakah yang lebih pantas diikuti? Pendapat para ulama yang luas ilmunya, ataukah pendapat para penebar syubhat yang dangkal ilmunya dan picik cara berfikirnya?
Jumat, 24 Februari 2012
Riwayat Singkat Shohibur Ratib Alaydrus Akbar
Riwayat Singkat Shohibur Ratib
Al-Imam Al-Qutub Sayyid Abdullah bin Abubakar Alaydrus Akbar
![]() |
Al-Habib Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman Assegaf adalah seorang Sayyid dan Syarif (julukan khusus untuk keturunan Nabi
Muhammad SAW) Imam para Wali dan orang-orang sholeh (Al-Qutub) beliau
dijuluki
Abu Muhammad dan bergelar Alydrus
Alaydrus artinya ketua orang-orang Tasawuf. Beliau dilahirkan di Kota Tarim pada tanggal 10 Zulhijjah tahun 811 H.
|
Shohibur
Ratib ini belajar Al-Qur’an dari seorang guru besar Syeh Muhammad bin
Umar Ba’alawi, dan belajar ilmu Fiqih dari guru-guru ahli Fiqih Syeh
Saad bin Ubaidillah bin Abi Ubay Abdullah Bahrawah, Syeh Abdullah
Bagasyin, Syeh Abdullah bin Muhammad bin Umar dan lain-lain.
Beliau mempelajari dan memperdalam kitab Tanbih dan Minhaj, beliau sangat senang membaca kita tersebut.
Beliau
banyak memuji sang pengarangnya, kami diperingatkan beliau segala
sesuatu mengenai terjemahan kita Ihya Ulumuddin tersebut.
Shohibur
Ratib mempunyai kata-kata hikmah yang sangat tinggi mengenai Tauhid
diantaranya beliau mengucapkan “ SEANDAINYA SAYA DISURUH UNTUK MENGARANG
DENGAN HANYA HURUF ALIF SERATUS JILID PASTI AKAN SAYA LAKUKAN”.
Diantara
karangan Beliau adalah Kitab Alkibritul Ahmar dan syarahnya dalam
bentuk syair untuk Paman Beliau Al-Habib Syeh Umar Muhdor.
Antara
lain kata-kata beliau “BAGI SAYA SAMA SAJA PUJIAN DAN MAKIAN, LAPAR DAN
KENYANG, PAKAIAN MEWAH DAN PAKAIAN RENDAH, LIMA RATUS DINAR ATAUPUN DUA
DINAR. SEJAK KECIL HATIKU TIDAK PERNAH CONDONG SELAIN KEPADA ALLAH SWT
DAN BAGAIMANA HATIKU BISA TENANG APABILA BADAN SAYA BERBALIK KE KANAN
SAYA MELIHAT SURGA DAN APABILA BERBALIK KE KIRI SAYA MELIHAT NERAKA”.
Beliau
sangat takut kepada ALLAH SWT , dan sangat tawadhu (merendahkan diri).
Beliau tidak pernah merasa dirinya lebih baik, dari siapapun makhluk
ALLAH bahkan binatang sekalipun.
Beliau
senantiasa bersujud ditanah karena merendahkan dirinya di hadapan ALLAH
SWT. Dan beliau selalu membawa sendiri keperluannya dari pasar dan
tidak mengizinkan orang lain membawanya dan senantiasa beliau duduk
ditempat yang rendah dan senantiasa berjalan kaki ketempat-tempat yang
jauh dan kerap kali meminum air hujan. Demikianlah beliau memerangi hawa
nafsu keduniaan sejah usia 6 (enam) tahun. Al-Habib Abdullah Alaydrus
Akbar berpuasa selama dua tahun dengan buka puasa tidak melebihi dari
dua butir korma kecuali dimalam-malam tertentu dimana ibunya datang
membawa sedikit makanan untuk Beliau memakannya semata-mata untuk
menyenangkan hati ibunya.
Gurunya
Habib Syeh Umar Muhdor berkata “ Aku mengawinkan putriku Aisyah dengan
keponakanku HabibAbdullah Alaydrus Akbar disebabkan Aku mendapatkan
isyarat dari sesepuhku (pendahuluku)”
Al-Habib
Muhammad bin Hasan Almu’alim Ba’alawi berkata “ AL-HABIN ABDULLAH
ALAYDRUS AKBAR MENDAPATKAN SESUATU (MAQOM/ WILAYAH) YANG TIDAK DIDAPATI
OLEH ORANG LAIN. BAIK SEBELUM MAUPUN SESUDAHNYA”.
![]() | Al-Habib
Abdullah Alaydrus Akbar telah mendapat pujian dari orang besar, para
wali dan para guru, antara lain : kakeknya sendiri Al Imam Abdurrahman
bin Muhammad Assegaf, ayahnya Al-Habib Abubakar Assakran, Syeh Saad bin
Ali Al Majhaj, dan juga Syeh Abdullah bin Tohir Al Douanidan, pemuka
sufi wanita Al Zubaidiah, Syeh Ahmad bin Muhammad Al-Jabaruti, Syeh Umar
bin Said Bajabir. Syeh Husain Al Ghorib, Syeh Ma’aruf bin Muhammad
Ba’Abbad, Syeh Muhammad Baharmuz, Syeh Abdurrahman Al Khotib pengarang
kitab Al Jauhar, tidak menyebutkan seorangpun (dalam kitabnya) dari yang
hidup selain Beliau Al-Habib Imam Abdullah Alaydrus Akbar (Shohibur
Ratib). Beberapa pengarang kitab yang bermutu memuji dan meriwayatkan Beliau diantaranya Al Yafii dalam Kitab Uqbal Barahim Al Musyaraqah, muridnya Al Imam Al Habib Unmar Bin Abdurrahman Ba Alawi dalam kitabnya Al Hamrah dan Syech Abdillah Bin Abdurrahman Bawazier, daalm kitab Al Tuhfa, mereka mengytraknab Mankib (Riwayat Singkat), kewalian dan kramat-kramat yang sebagaian terjadi sebelum dan sesudah Beliau dilahirkan. |
Sebagaian
para wali mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW, yang memuji Al Habib
Al-Imam Abdullah Alaydrus Akbar dengan sabdanya “INI ANAKKU, INI AHLI
WARISKU, INI DARAHKU DAGINGKU, ORANG-ORANG BESAR AKAN MEMPELAJARI ILMU
TAREQAT DARINYA”.
Diantara
yang mengambil dan belajar tareqat dari Habib Abdullah Alaydrus Akabar
antara lian saudaranya sendiri Habib Ali Bin Abi Bakr Sakran, Habib
Umar Ba’alawi, (pengarang kitab Alhamrah) dan pengarang kitab Faturrohim
Al Rahman, Syech Abdullah Bin Abdul Rahaman Bawazier Al Alamah, Syech
Abdullah Bin Ahmad Baksir Al Makki, dan ringkasnya kebaikan dan akhlak
Beliau tidak terlukiskan, sedangkan ilmu dan karomahnya laksana lautan.
Al
Habib Imam Abdullah Alaydrus Bin Abi Bakar Alaydrus (Shohibur Raatib)
wafat pada hari Ahad sebelum waktu Zhuhur tanggal 12 Romahdon 865 H.
dalam perjalanan dakwahnya dikota Syichir tepatnya didaerag Abul.
Dimakamkan dikota Tarim dan dinagun Kubah diatas pusaranya, Beliau wafat
dalam usia 54 tahun.
Belai meninggalkan delapn anak, empat putera dan empat puteri. Putranya : Abubakar Al Adni, Alwi, Syech, Husain.
Putrinya : Roqgayah, Khodijah, Umul Kultsum, Bahiya.
Ibu Beliau adalh yang bernama Mariam dari seorang yang Zuhud / Shaleh bernmama Syech Ahmad Bin Muhammad Barusyaid.
Al
Habib Muhammad Bin Hasan Al Mualim bberkata “ SAYA MENDENGAR BISIKAN
YANG MENGATAKAN “ BILA KAMU INGIN MELIHAT SEORANG AHLI SORGA, MAKA
LIHATLAH MUHAMMAD BARUSSYAID”!! (DIRIWAYATKAN OLEH AL IMAM Al – HABIB
MUHAMMAD BIN ALI MAULA AIDIED)”.
Sewaktu
Al Habib Imam Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf wafat,,usia Al Habib
Abdullah Alaydrus Akbar 8,5 tahun. Dan pada waktu Ayahnya Beliau wafat
(Abu Bakar Syakran) dan umur Beliau berusia 11 tahun setelah Ayahnya
wafat Beliau tinggal dan dididik oleh Pamannya Syech Al Habib Umar
Muhdar yang kemudian menikahkannya dengan puterinya Aisyah, pada saat Al
Habib Umar Muhdar Bin Abdulrahman Assegaf wafat Al Habib Abdullah
Alaydrus Akbar kurang lebih berumur 23 tahun.
Dan ucapan Shohibur Raatib kepada murid-muridnya :
BARANG SIAPA YANG MASUK DALM PENDENGARAN YANG SIA-SIA, MKA IA TELAH BERADA DALM KERUGIAN YANG BESAR.
NASEHAT-NASEHAT BELIAU YANG TERTUANG DALAM KITAB ALKIBRATUL AHMAR:
- Peraslah jasadmu dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu dunia) sehingga keluar minyak kemurnian.
- Barangsiapa yang menginginkan keridhoan ALLAH hendaklah mendekatkan diri kepada ALLAH SWT, karena keajaiban dan kelembutan dari ALLAH SWT pada saat di akhir malam.
- Siapapun dengan kesungguhan hati mendekatkan diri pada ALLAH maka terbukalah khazanah ALLAH
- Diantara waktu yang bernilai tinggi merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi diantara Zuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya dan tengah malam terkakhir sampai ba’da Sholat Shubuh.
- Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai
- Keridhoan ALLAH dan RosulNya terletak pada muthalaah (mempelajari dan memperdalam) Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab agama Islam.
- Meninggalkan dan menjauhi ghibah (menggunjingkan orang) adalah raja atas dirinnya, menjauhi namimah (mengadu domba) adalah ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk bercampur dalam majlis zikir adalah keterbukaan hatinya
- Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara (tidak bicara yang jelek) didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaaNya terkandung banyak rahasia
- Jangang kau abaikan sedekah setiap hari sekalipun sekecil atom, perbanyaklah membaca Al-Qur’an setiap siang dan malam hari.
- Ciri-ciri orang yang berbahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya banyak ilmu dan amal serta baik perangai tingkah lakunya.
- Orang yang berakal ialah orang yang diam (tidak bicara sembarangan)
- Orang yang takut kepada ALLAH ialah orang yang banyak sedih (merasa banyak bersalah)
- Orang yang roja’ (mengharap ridho ALLAH) ialah orang yang melakukan ibadah
- Orang mulia ialah orang yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dalam ridha ALLAH SWT yang didambakan dalam hidupnya
- Orang yang bertaubat ialah yang banyak menyesali perbuatannya, menjauhi pendengarannya yang tidak bermanfaat dan mendekatkan diri kepada ALLAH terutama di masa sekarang.
NARA SUMBER | : | |
KITAB AINIYA | : | Al-Habib Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad |
SYARAH KITAB AINIYAH | : | Al-Habib Imam Ahmad Zein Al-Habsyi |
DIKUTIP KEMBALI OLEH | : | Habib Mustafa Abdullah Alaydrus |
Langganan:
Postingan (Atom)