Rabu, 21 Maret 2012

(FIQH) WANITA

suara wanita menurut jumhur (sebagian besar) para ulama bukan merupakan aurat, terkecuali suara wanita yg dibuat buat untuk membangkitkan birahi, berdalilkan dengan kunjungan para sahabat yg berdatangan pada Ummulmukminin Aisyahh ra dan istri istri rasul saw lainnya, mereka bicara langsung dengan para Ummulmukminin, bertanya tentang ini dan itu, dan Ummulmukminin menjawabnya dari belakang hijab (tidak jumpa namun saling berbicara).

namun adapula para ulama kita yg membatasinya bahwa itu hanya untuk memperdalam ilmu syariah saja, lebih dari itu tak diperkenankan, karena tak mungkin bertanya beberapa hal tentang pribadi rasul saw kecuali yg paling tahu adalah istri istri beliau saw, dan ini darurat, demikian menurut sebagian mereka.

namun Guru Mulia kita ALhabib Umar bin hafidh menjelaskan bahwa hal itu bukan aurat, namun sepantasnya wanita mempertegas bicaranya, dan berdosa jika ia memperlembut suaranya untuk menarik perhatian pria.

Selasa, 20 Maret 2012

Taqlid


taqlid adalah mengikuti perbuatan seseorang / guru tanpa mengetahui dalilnya dan pada dasarnya, taqlid pada ulama yg shalih adalah lebih kuat dari dalil yg kita fahami, karena bisa saja kita berbuat dg batas pemahaman kita yg rendah, padahal guru itu lebih dalam dan luas ilmunya yg belum kita ketahui dalilnya, namun kita tak mau mengikuti perbuatan guru kita karena terjebak pemahaman : “belum kutemukan dalilnya.”

justru ini menjebak kita pada kejahilan kita tanpa bisa mencapai kesempurnaan amal, tentunya lebih baik beramal dg mengikuti/taqlid pada ulama yg mumpuni dalam syariah dan shalih, walau tak tahu dalilnya, karena kita tahu ia lebih alim dari kita, dan kita tahu dia shalih bukan penipu, dan kita tahu ia selalu berusaha berjalan dalam sunnah.

para sahabat pun bertaqlid pada Rasul saw tanpa menanyakan dalilnya, dan sebagian sahabat bertaqlid pada sahabat lain tanpa menanyakan dalilnya, ada yg sempat menanyakan dalilnya ada yg tidak, misalnya ucapan sahabat/tabiin : aku melihat ibn umar berbuat demikian, atau aku melihat Utsman bin Affan ra melakukannya demikian, ini semua taqlid, tanpa mereka menanyakan dalilnya,

taqlid semacam ini bukan taqlid buta, tapi hal yg lebih kuat dari dalil yg kita ketahui, karena yg dimaksud taqlid buta adalah ikut2an sembarang orang yg tak jelas ilmunya dan keshalihannya, seperti para wahabi yg bertaqlid kpd ibn abdul wahhab yg bertentangan dg jumhur (mayortias) seluruh madzhab, seluruh madzhab bertawassul namun ibn abdulwahhab menentangnya, seluruh madzhab memuliakan kuburan nabi dan shalihin namun ibn abdul wahhab menentangnya, maka mereka itulah yg taqlid buta, kita bertaqlid dg guru yg berjalan dalam sunnah.

Sabtu, 17 Maret 2012

Biografi Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith

Habib Zain lahir di ibukota Jakarta pada tahun 1357 H/1936 M. Ayahnya Habib Ibrahim adalah ulama besar di bumi Betawi kala itu, selain keluarga, lingkungan tempat di mana mereka tinggal pun boleh dikatakan sangat religius. Guru-gurunya ialah Habib Muhammad bin Salim bin Hafiz (Ayahanda Habib Umar), Habib Umar bin Alwi al-Kaf, Al-Allamah Al-Sheikh Mahfuz bin Salim, Sheikh Salim Said Bukayyir Bagistan, Habib Salim bin Alwi Al-Khird, Habib Ja’far bin Ahmad Al-Aydrus, Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (mertuanya). Pada usia empat belas tahun(1950), ayahnya memberangkatkan Habib Zain ke Hadramaut, tepatnya kota Tarim.


Di bumi awliya’ itu Habib Zain tinggal di rumah ayahnya yang telah lama ditinggalkan. Menyadari mahalnya waktu untuk disia-siakan, Habib Zain berguru kepada sejumlah ulama setempat, berpindah dari madrasah satu kemadrasah lainnya, hingga pada akhirnya mengkhususkan belajar di ribath Tarim. Dipesantren ini nampaknya Habib Zain merasa cocok dengan keinginannya. Disana ia memperdalam ilmu agama, antara lain mengaji kitab ringkasan (mukhtashar) dalam bidang fiqh kepada Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz, di bawah asuhan Habib Muhammad pula, Habib Zain berhasil menghapalkan kitab fiqh karya Imam Ibn Ruslan, “Zubad”, dan “Al-Irsyad” karya Asy-Syarraf Ibn Al-Muqri. Tak cukup disitu, Habib Zain belajar kitab “Al-Minhaj” yang disusun oleh Habib Muhammad sendiri, menghapal bait-bait (nazham) “Hadiyyah As-Shadiq” karya Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dan lainnya. Dalam penyampaiannya di Tarim beliau sempat berguru kepada sejumlah ulama besar seperti Habib Umar bin Alwi Al-Kaf, Syekh Salim Sa’id Bukhayyir Bagitsan, Habib Salim bin Alwi Al-Khird, Syekh Fadhl binMuhammad Bafadhl, Habib Abdurrahman bin Hamid As-Sirri, Habib Ja’far bin Ahmad Alaydrus, Habib Ibrahim bin Umar bin Agil dan Habib Abubakar bin Abdullah Al-Atthas. Selain menimba ilmu disana Habib Zain banyak mendatangi majlis para ulama demi mendapat ijazah, semisal Habib Muhammad bin Hadi As-Saqqof, Habib Ahmad bin Musa Al-Habsyi, Habib Alwi bin Abbas Al-Maliki, Habib Umar bin Ahmad bin Smith, Habib Ahmad Masyhur bin Thaha Al-Haddad, Habib Abdul Qadir bin Ahmad Assaqof dan Habib Muhammad bin Ahmad Assyatiri. Melihat begitu banyaknya ulama yang didatangi, dapat disimpulkan, betapa besar semangat Habib Zain dalam rangka merengkuh ilmu pengetahuan agama, apalagi melihat lama waktu beliau tinggal disana, yaitu kurang lebih delapan tahun. Kemudian salah seorang gurunya bernama Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz menyarankannya pindah kekota Baidhah, salah satu wilayah pelosok bagian negeri Yaman, untuk mengajar di ribath sekaligus berdakwah. Ini dilakukan menyusul permohonan mufti Baidhah, Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar. Dalam perjalanan kesana, Habib Zain singgah dulu dikediaman seorang teman dekatnya di wilayah Aden, Habib Salim bin Abdullah Assyatiri, yang saat itu menjadi khatib dan imam di daerah Khaur Maksar, disana Habib Zain tinggal beberapa saat. Selanjutnya Habib Zain melanjutkan perjalanannyadi Baidhah, Habib Zain pun mendapat sambutan hangat dari sang tuan rumah Habib Muhammad Al-Haddar, disanalah untuk pertama kali ia mengamalkan ilmunya lewat mengajar. Habib Zain menetap lebih dari 20 tahun di Rubath Baidha’ menjadi khadam ilmu kepada para penuntutnya, beliau juga menjadi mufti dalam Mazhab Syafi’i. Setelah itu beliau berpindah ke negeri Hijaz selama 12 tahun, Habib Zain telah bersama-sama dengan Habib Salim Assyatiri menguruskan Rubath di Madinah,Setelah itu Habib Salim telah berpindah ke Tarim Hadhramaut untuk menguruskan Rubath Tarim. Habib Zain di Madinah diterima dengan ramah, muridnya banyak dan terus bertambah, dalam kesibukan mengajar dan usianya yang juga semakin meningkat, keinginan untuk terus menuntut ilmu tidak pernah pudar. Beliau mendalami ilmu Usul daripada Sheikh Zay dan Al-Syanqiti Al-Maliki. Habib Zain terus menyibukkan diri menuntut dengan Al-Allamah Ahmad bin Muhammad Hamid Al-Hasani dalam ilmu bahasa dan Ushuluddin. Habib Zain seorang yang tinggi kurus, Lidahnya basah, tidak henti berzikrullah. Beliau sentiasa menghidupkan malamnya. Di waktu pagi Habib Zain keluar bersholat Subuh di Masjid Nabawi. Beliau beriktikaf di Masjid Nabawi sehingga matahari terbit, setelah itu beliau menuju ke Rubath untuk mengajar. Majlis Rauhah setelah asar hingga maghrib.

Senin, 05 Maret 2012

Biografi Al-Musnid Al-Allamah Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidh

Beliau adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abdullah putera dari Abi Bakar putera dari ‘Aidarus putera dari Hussain putera dari Asy-Syaikh Abi Bakar putera dari Salim putera dari ‘Abdullah putera dari Abdurrahman putera dari ‘Abdullah putera dari Asy-Syaikh Abdurrahman Assegaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari Al-Faqih Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Shahib Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari Imam Al-Muhajir Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja'far al-Shadiq putera dari Muhammad Al-Baqir putera dari ‘Ali Zainal ‘Abidin putera dari Husain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Thalib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.
Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.
Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadits, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, Al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dzikr.
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.

Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abdullah Al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Syafi‘i Al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.





Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.

Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz Al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh Al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.

Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari Al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad As-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai Al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni Al-Habib Ahmad Mashur Al-Haddad dan Al-Habib 'Attas al-Habashi.

Sejak itulah nama Al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.

Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Darul-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.








Senin, 27 Februari 2012

(FIQH) SHOLAT

Hadits 1
Sebagaimana yang diambil dari hadits Rasul saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh ra sengguhnya Rasullulah saw berkata : “Apabila engkau berdiri untuk melakukan shalat maka berwudhulah dengan sempurna, kemudian menghadap kiblat, kemudian engkau bertakbir kemudian bacalah yang termudah bagimu dari AlQur’an, kemudian engkau berukuk hingga tuma’ninah dalam berukuk kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau meluruskan badanmu berdiri (I’tidal), kemudin bersujut hingga engkau bertuma’ninah dalam bersujut, kemudin angkat kepalamu (duduk antara 2 sujud) hingga engkau bertuma’ninah dalam dudukmu kemudian engkau sujud kedua kalinya hingga bertuma’ninah dalam sujut, kemudian lakukanlah seperti yang tadi diseluruh shalatmu” (HR. Imam Bukhari dan Muslim)
dalam Riwayat Muslim Rasullulah saw berkata : “Hingga engkau bertuma’ninah dalam berdirimu”

Hadits 2
Riwayat An Ibn Umar ra Rasulullah saw berkata : “ketika duduk untuk berTasyahud menaruh tangan kiri diatas lutut sebelah kiri dan tangan kanannya diatas lutut sebelah kanan, dan memajukan jari telunjuk, dalam Riwayat Muslim (mengumpulkan semua jarinya dan menunjuk dengan jari yang setelah jari jempol).

Hadits 3
Riwayat An Abi Mashud ra shabat Basyir bin Syaid “Kita diperintah untuk bershalat.. maka bagaimana kami bershalawat keatasmu, kemudian Rasul saw terdiam lalu Rasulullah saw menjawab “ katakanlah, Allahumma Shali’alla Muhammadin wa’alla ali Muhammad kama shalaita ala Ibrahimma…” sampai dengan akhir shalawat Ibrahimiyah. (HR. Muslim). (Ditambahkan oleh Ibn khuzaimah bagaimana kami bershalawat atasmu jika kami dalam shalat).

Hadits 4
Sabda Rasulullah saw “sesungguhnya Rasulullah saw menutup shalatnya dengan salam” (HR.Imam Bukhari dan Muslim) dan dari Wail bin Hujr ra “aku shalat bersama Rasul saw dan beliau salam awal sebelah kanan (Assalamu’alaikum warohmatullahhi wabarokatu) dan salam akhir sebelah kiri (Assalamu’alaikum warohmatullahhi wabarokatu)”.( HR. Abu daut dengan sanad sahih )

Rukun shalat ada 17
1. Niat,
sebagaimana hadits 1 diatas “Apabila engkau berdiri untuk melakukan shalat,,,” dan Hadits Rasul saw “sesungguhnya amal itu dengan niat”
2. Menghadap kiblat dan berdiri dalam shalat Fardhu,
dari susunan hadist 1 diatas bahwa hendaknya menghadap kiblat sebelum bertakbir (syarah dari Imam alwi abbas al Maliki kitab Ibanatul ahkam)
3. Bertakbir,
yaitu membuka shalat dalam takbirratul ikhram (pendapat terbanyak dari Imam Syafi’I, Imam Hambali dan Imam Maliki bahwa takbiratul ikhram wajib dengan lafdz ‘Allahhu Akbar’)
4. Membaca Alfatihah,
para ulama sepakat Imam Syafi’I, Imam Hambali dan Imam Maliki wajibnya membaca Alfatihah disetiap rakaatnya. sebagaimana Hadits Rasulullah saw : “ Tidak sempurna shalat seseorang bila tidak membaca biummil Qur’an (Al Fatihah)” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Rukuk,
diriwayatkan oleh sahabat Rasulullah saw Ubbayd assaa’idi ra berkata : “bahwasannya melihat Rasulullah saw jika bertakbir kedua tangannya sejajar dengan bahunya, jika berukuk kedua tangannnya memegang kedua lututnya, sampai dengan akhir…..” ( HR. Imam Bukhari dan Muslim)
6. Tuma’ninah dalam berrukuk,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudian engkau berrukuk hingga tuma’ninah dalam berukuk…”
7. I’tidal,
sebagaimana hadits 1 diatas “… kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau meluruskan badanmu berdiri (I’tidal)…”
8. Tuma’ninah dalam I’tidal,
sebagaimana hadits 1 diatas “…Hingga engkau bertuma’ninah dalam berdirimu…”
9. Sujud pertama dan Sujud kedua,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin bersujut hingga engkau bertuma’ninah dalam bersujut…” dan Hadits Rasulullah saw : “aku diperintah untuk bersujud dengan 7 anggota tubuh (atas dahi, kedua tangan, kedua lutut dan jari-jari kaki)” ( HR. Mutafaqul’alayh). Sabda Rasul saw : “Bahwa engkau sujud maka taruhlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu” (HR. Muslim)
10. Tuma’ninah dalam sujud pertama dan tuma’ninah dalam sujud kedua, sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin bersujud hingga engkau bertuma’ninah dalam bersujud…”
11. Duduk diantara dua sujud,
sebagaimana hadits 1 diatas “…kemudin angkat kepalamu (duduk antara 2 sujud) …”
12. Tuma'ninah diantara dua sujud,
sebagaimana hadits 1 diatas “…hingga engkau bertuma’ninah dalam dudukmu…”
13. Tasyahud akhir,
Riwayat Muslim dari Ibn Abbas berkata Rasul saw mengajari kami tasyahud “Attahiyatul mubaarakatus shalawatutthoybatulillah…” sampai dengan akhir.
14. Duduk diTasyahud akhir,
sebagaimana hadits 2 diatas “ ketika duduk untuk berTasyahud…”
15. Bershalawat kepada Rasul saw,
sebagaimana hadits 3 diatas “ Kita diperintah untuk bershalat.. maka bagaimana kami bershalawat keatasmu…”. Imam Syafi’I berpendapat bahwa beshalawat atas Rasul saw dan keluarganya dalam shalat adalah Wajib bagi kita, sebagaimana hadits 3 diatas.
16. Salam,
sebagaimana hadits 4 diatas “sesungguhnya Rasulullah saw menutup shalatnya dengan salam” (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Sebagaimana hadits 4 maka para Imam beritifak bahwa salam awal wajib bagi seorang imam atau ma’mum atau sendiri dan salam kedua sunah, dan paling sedikitnya salam (Assalamu’alaikum) dikarnakan penduduk madinah melakukannya. (Kitab Ibbanatul Ahkam: Imam Alwi bin Abbas al maliki)
17. Tertib,
Sebagaimana urutan rukun – rukun hadits diatas.

(FIQH) Thaharah [bersuci]

NAJIS....
Najis dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu:
1). najis mukhaffafah yaitu najis ringan, dari air seni bayi yg belum makan minum selain asi. Cara membersihkannya cukup dengan diciprati air.
2). najis mutawassithah, najis pertengahan, harus bersih seluruhnya dg membasuhkan air sebanyak banyaknya hingga 3 sifatnya hilang (baunya, warnanya, dan rasanya).
3). najis mughaladhah najis berat, yaitu dari anjing dan babi, jika bersentuhan dalam keadaaan salah satu dari kita (dengan keadaan basah), pembersihannya dengan mencucinya6x dg air setelah dibersihkan dulu dari 3 sifatnya, setelah tiga sifatnya bersih, baru diguyur 7x dg air lumpur (dicampur dng tanah).

Hal-hal mengenai najis:
  1. Najis yg ragu tidak dihukumi najis, najis hanya berlaku jika yakin dan ada 3 sifatnya (bau, rasa, dan warna) jika salah satu sifat itu ada maka itu bukti bahwa terkena najis,selama kita tdk yakin bahwa najis mengenai kita maka hukumnya suci. 
  2. Najis hanya menajiskan bagian tubuh/bagian pakaian yg tersentuh najis, tidak mejadikan seluruh tubuh najis, dan najis tidak membatalkan wudhu, (contoh: anda dalam keadaan suci atau selepas berwudhu, kaki masih basah, lalu tersentuh anjing, maka anda membasuhnya 7x dg air lumpur/air yg bercampur tanah hanya pada tempat yg tersentuh, dan anda tidak perlu mengulangi wudhu karena najis yg menyentuh tubuh tidak membatalkan wudhu).
  3. Ingus atau air liur bukan merupakan najis (jika bercampur dengan darah maka najis hukumnya). Cairan yang keluar dari dalam lambung (jika muntah atau cairan muntah yg tak jadi) atau keluar cairan pahit dari lambung itu najis hukumnya.
  4. Semua yg terpisah dari tubuh hewan yg bukan hewan yg halal dimakan, maka hukumnya najis (Contoh: Bulu Kucing yg sudah berserakan/terlepas dari tubuhnya maka hukumnya Najis, namun dimaafkan jika bulu tersebut sedikit,,,maka jika kita suka pada kucing baiknya tempat tempat shalat terjaga dari sentuhan kucing, misalnya sajadah, mukena, dll.
Jenis Air dalam ilmu Fiqih ada 4 :
  • Air suci dan mensucikan/Mutlaq (contohnya: Air yang keluar dari Bumi seperti: Air Sumur , Air Laut , Air Sungai dan Mata Air. dan air yang turun dari langit seperti: Air hujan , Air embun , dan Air salju yang mencair.)
  • Air suci tapi tidak mensucikan (contohnya: kopi,susu,teh dll....Dikatakan air suci tapi tidak mensucikan karena Airnya telah berubah salah satu sifatnya karena bercampur dengan suatu benda yang suci , walaupun zat-nya itu sendiri suci namun tidak sah lagi untuk bersuci)
  • Air Makruh (air yang didapat dari hasil mencuri)
  • Air Mutanajis (Air mutanajjis adalah air mutlak yang bersentuhan dengan benda-benda najis seperti, kotoran, kencing, darah dan lain-lain sehingga tidak suci dan menyucikan. Air mutlak yang sedikit ketika bersentuhan dengan benda najis, maka berubah menjadi mutanajjis, sekalipun tidak berubah salah satu sifatnya, yakni warna, bau dan rasanya. Sedangkan air mutlak yang banyak akan berubah menjadi mutanajjis jika bersentuhan dengan benda najis dan berubah salah satu sifatnya (baunya, rasanya, atau warnanya). Demikian pula air mutlak lainnya (air yang mengalir, sumber air, air sumur dan air hujan) akan menjadi mutanajjis jika bersentuhan dengan benda najis dan berubah salah satu sifatnya.
WUDHU...
Hal-hal yang wajib didalam wudhu:
1. niat saat membasuh muka yaitu mulai dari ujung pipi yg tersambung pd telinga kiri dan kanan, dan mulai ujung dahi atas tempat awal tumbuhnya rambut sampai bawah dagu. wajibnya adalah 1x, sunnahnya 3x.
2. membasuh tangan kanan lalu kiri dari ujung jari hingga siku, sunnahnya dilebihkan sedikit diatas siku 1x sunnahnya 3x
3. membasuh kepala 1x walau hanya beberapa helai rambut, sunnahnya seluruh rambut.
4. membasuh kedua kaki mulai mata kaki hingga ujung kaki.1x sunnahnya 3x.
5. tertib, yaitu mengikuti aturannya dan jangan mendahlukan suatu anggota tubuh kecuali menurut urutan diatas.


Sunah-sunah didalam wudhu:
  1. Bersiwak
  2. Basmalah
  3. Mendahulukan yang kanan
  4. Kumur
  5. Memasukan air ke dalam hidung
  6. Mengeluarkan air dari dalam hidung
  7. Membasuh seluruh rambut
  8. Menggosok / Menyela
  9. Setiap bagian 3 kali
  10. Membaca Do’a wudhu
Hal-hal yang membatalkan wudhu:
1. bersentuhan antara kulit pria dan wanita dewasa tanpa penghalang berupa kain/lainnya.
2. tidur atau pingsan atau hilang kesadaran
3. keluarnya sesuatu dari Qubul atau dubur selain air mani,
4. menyentuh Qubul atau dubur manusia dengan telapak tangan tanpa penghalang/kain.
  

bersentuhan dengan istri membatalkan wudhu, demikian dalam madzhab syafii, jika memang dikehendaki dan mesti bersalaman maka baiknya kita memakai kaus tangan tipis.
 

Hal-hal lain mengenai wudhu:
1) berbicara saat wudhu tidak membatalkan wudhu, namun Imam Ghazali mengatakan hal itu makruh, namun tentunya tak membatalkan wudhu. 
2) membuka aurat saat wudhu tidak membatalkan wudhu, namun merupakan hal yg makruh.
3) rambut istri dan semua wanita yg muhrim dan non muhrim jika disentuh tidak membatalkan wudhu.
4) sunnah membasuh leher saat wudhu, demikian dijelaskan oleh Hujjatul Islam al Imam Ghazali dalam bidayatul hidayah.
5) Muhrim adalah yg kita boleh berjumpa bebas dengannya tanpa perlu jilbab atau pakaian tertutup, boleh jumpa misalnya dengan celana pendek, atau pakaian bebas lainnya, dan bila bersentuhan tak batal wudhu, dan haram menikah dengan mereka.

yaitu wanita yg muhrim adalah :
dari keluarga darah daging sendiri
1. Ibu
2. nenek (ibu dari ibu dan ibu dari ayah) seterusnya
3. putri kandung
4. cucu (putri anak lelaki atau putri anak perempuan) dst.
5. saudara kandung
6. saudara perempuan (saudari kandung, saudari seayah dan saudari seibu)
7. bibi (saudari ayah atau saudari ibu)
8. keponakan (putri dari saudara lelaki dan putri dari saudara perempuan)

dari periparan
1. mertua (ibu dari istri)
2. putri dari istri
3. menantu (istri dari putra)
4. Istri dari ayah (ibu tiri)

dari persusuan
1. wanita yg disusui istri (anak suson)
2. saudari sepersusuan (wanita yg menyusui dari wnaita yg menyusui kita)
3. ibu suson (wanita yg menyusui kita)
4. wanita yg menyusui istri kita dimasa kecil (mertua suson)
 

Minggu, 26 Februari 2012

Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus

Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus memiliki silsilah yang sampai kepada Baginda Rasulullah SAW, di mana silsilah beliau yaitu: Al-imam Husein Bin Abu Bakar Bin Abdullah Bin Husein Bin Ali Bin Muhammad Bin Ahmad Bin Husein Ibnil Imam Syamsi Syumus Abdullah Alaydrus Akbar. Beliau dilahirkan di sebuah desa yang bernama Ma’ibad, Hadralmaut Yaman Selatan, dan pada usianya yang ke 11 tahun, beliau ditinggal wafat oleh ayahnya.
Selepas mangkatnya ayahnya, Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus hijrah ke kota Tarim, dan ternyata di pintu kota Tarim telah menunggu seorang wali besar, yaitu Quthbil Irsyad, Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, yang langsung menyambut kedatangan dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus. Setelah tiba di kota Tarim, beliau didampingi oleh Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad langsung berziarah kepada Sayyidina Faqih Muqaddam Al’imam Muhammad Bin Ali Ba’alawy, Sayyidina Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf dan Datuk Beliau Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar. Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad mengatakan kepada beliau bahwa semalam kakekmu, Sayyidina Abdullah Alaydrus Akbar datang kepadaku dan mengabarkan tentang kedatanganmu wahai Husein.
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad, Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad, dan menurut cukilan dari Alhabib Ali Bin Husein Alattas dalam kitabnya Taajul A’rasy mengatakan bahwa Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau Al-imam Abdullah Bin Alwy Alhaddad untuk melaksanakan da’watul islam.
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus kemudian hijrah ke Asia Timur dan sampai di Indonesia, lalu setibanya di pulau Jawa, tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa, beliau diusir kembali oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan bantuan para Muhibbin di malam hari dengan menggunakan sekoci beliau tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Beliau kemudian berda’wah di tanah Batavia ini dan pada saat itu penjajah Belanda sangat sensitif kepada para ulama karena di Sunda Kelapa ini masih ada bekas-bekas pertempuran Sunda Kelapa yang berada di bawah pimpinan dari Sunan Gunung Jati Al-imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat ketat dan berakibat pada dicurigainya Al-Habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sebagai pemberontak, akhirnya beliau dimasukkan ke dalam penjara, yang berada di sekitar Glodok.
Perjuangan da’wah Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus sangatlah luar biasa, dan salah satu karomah beliau adalah di pagi hari beliau berada di dalam penjara sementara anehnya menjelang maghrib beliau sudah tidak ada di dalam penjara, beliau menyampaikan da’wah-da’wahnya di musholla dan masjid-masjid, sehingga membuat takut para sipir penjara dan akhirnya kepala sipir penjara tersebut meminta agar Habib Husein keluar saja dari dalam penjara tapi beliau menolaknya sampai akhirnya beliau keluar dari penjara dengan keinginannya sendiri.
Pada suatu ketika di dalam perjalanan da’wahnya, Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus melihat seorang tentara Belanda yang memang memiliki akhlak yang baik terhadap beliau, di mana tentara Belanda ini selalu menegur dan ramah terhadap Beliau. Akhirnya Habib Husein memanggilnya dan mengatakan bahwa tentara Belanda tersebut kelak akan menjadi Gubernur, di Batavia. tentara Belanda tersebut berkata sambil tertawa “mana mungkin aku menjadi seorang Gubernur”. Selang beberapa bulan kemudian sang tentara Belanda tersebut dipanggil ke negerinya dan kembali ke Batavia untuk dipercaya menjadi Gubernur.
Sang tentara Belanda yang kini telah menjadi Gubernur teringat akan Habib Husein dan menemui beliau seraya ta’jub atas perkataan dari Habib Husein dan sebagai balasannya Tentara ini memberikan hadiah berupa uang, bahkan emas, tetapi semuanya ditolak oleh Habib Husein. Karena Gubernur tersebut memaksa, Akhirnya Al-habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus berkata bahwa jika Engkau ingin memberiku hadiah, maka berikanlah aku tanah yang berada di luar pelabuhan Sunda Kelapa yang saat itu sedang surut. Tentara belanda tersebut kaget dan berkata percuma bila Aku berikan tanah tersebut, sebentar lagi air akan naik dan daratan itu akan terendam air laut. Al-habib Husein berkata “bila Engkau berikan sekarang, maka mulai saat ini air tidak akan pernah pasang bahkan hingga yaumil qiyamah”.. Allahu Akbar.. sehingga akhirnya diberikanlah tanah tersebut.
Al-habib Husein Bin Abu Bakar Alaydrus memiliki tanah ± 10 hektar dan di atas tanah tersebut, kemudian pertama kali yang dibangun oleh Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus adalah Masjid, kemudian rumah beliau yang saat ini menjadi tempat pusaranya beliau. Dan semenjak itu, dipatok tanah-tanah tersebut yang besarnya ± sampai 10 hektar dengan pilar dan batang-batang sehingga daerah ini dikenal dengan sebutan “Luar Batang”, disebabkan diluar pelabuhan Sunda Kelapa muncullah batang-batang.  Di sini beliau bersama salah satu muridnya Haji Abdul Qodir yang merupakan penterjemahnya mengajarkan kepada murid-muridnya yang dating dari Banten, Indramayu, Cirebon, Tuban Gresik dan pelosok-pelosok kota lain di Indonesia.
Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus Wafat pada Malam 17 Ramadhan, akan tetapi mengapa acara haul dari beliau diperingati setiap hari Ahad di akhir bulan Syawwal?
Karena ini merupakan ijtima’ dari para ulama dan habaib yang saat itu berada di bawah pimpinan Mufti Betawi yaitu Alhabib Utsman Bin Abdullah Bin Yahya. Di mana para penjajah saat itu masih menguasai dan transportasi yang sangat sulit sekali serta bertepatan dengan keadaan orang-orang yang sedang berpuasa, sehingga diputuskanlah oleh para ulama dan habaib agar pelaksanaan Haul Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus diadakan pada akhir Ahad bulan Syawwal, di mana setelah orang-orang melaksanakan silaturrahim lebaranan barulah kembali berkumpul dan bersilaturrahim di pusara beliau untuk memperingati Haulnya Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.
Inilah sekelumit tentang perjalanan dan perjuangan dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus. Semoga Allah semakin mengangkat derajat beliau dan semoga kita semua mendapatkan curahan keberkahan, rahasia-rahasia dan ilmu serta karomah dari Al-imam Husein Bin Abu Bakar Alaydrus.. Amin Ya Robbal Alamin.

Sabtu, 25 Februari 2012

MAULID TANDA KEGEMBIRAAN UMAT

Dan ketika hampir tiba saatnya kelahiran insan tercinta ini, gema ucapan selamat datang yang hangat berkumandang di langit dan bumi. Hujan kemurahan Ilahi tercurah atas penghuni alam dengan lebatnya, Lidah malaikat bergemuruh mengumumkan kabar gembira kuasa Allah menyingkap tabir rahasia tersembunyi, membuat cahaya Nur-Nya terbit sempurna di alam nyata;  "CAHAYA MENGUNGGULI SEGENAP CAHAYA" . Ketetapan-Nya pun terlaksana atas orang pilihan yang ni'mat-Nya disempurnakan bagi mereka; yang menunggu detik-detik kelahirannya; sebagai penghibur pribadinya yang beruntung; dan ikut bergembira mereguk ni'mat berlimpah ini.  Maka hadirlah dengan taufik Allah; As-Sayyidah Maryam dan As-sayyidah Asiah, bersama sejumlah bidadari surga yang beroleh kemuliaan agung yang di bagi-bagikan oleh Allah atas mereka yang di kehendaki. Dan tibalah saat yang telah di atur Alloh bagi kelahiran (maulud) ini. Maka menyingsinglah fajar keutamaan nan cerah terang benderang menjulang tinggi...... .Dan lahirlah insan pemuji dan terpuji_tunduk khusyu' di hadapan Allah,dengan segala penghormatan tulus dan sembah sujud. demikianlah syair yang ditujukan atas peristiwa di detik-detik kelahiran Nabi Saw yang di gubah oleh Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi didalam kitab maulid Simtuddurornya. Imam Nawawi didalam kitabnya yang berjudul “Madaarij” menyatakan : “ bahwa orang yang mementingkan aktif didalam peringatan maulid Nabi Muhammad S.a.w. itu adalah dari pada sebesar-besarnya ibadah dengan diisi pembacaan Al-Qur’an, bersedekah, dan menerangkan sejarah kelahiran Nabi Saw.
Sabda Nabi S.a.w. :“Barang siapa yang membesarkan maulidku akan aku tolong baginya di hari kiamat dan barang siapa yang membelanjakan satu dirham buat peringatan maulidku  seolah-olah membelanjakan satu gunung emas untuk sabilillah”.

Pernyataan Khulafa Ar-Rasyidin tentang maulidur rasul
Sayyidina Abu Bakar A-Shiddiq R.a. berkata : “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi maka aku sahabatnya di hari kiamat".
Sayidina Umar Bin Khattab R.a. berkata : “Barang siapa yang membesarkan maulid Nabi Muhammad Saw sesungguhnya orang itu menghidupkan agama Islam".
Sayidina Ustman Bin Affan R.a. : “Barang siapa yang membelanjakan uang satu dirham buat maulid Nabi S.a.w. maka sesungguhnya orang tersebut seperti hadir di perang Badar dan Hunain”.
Sayidina Ali bin Abi Tholib K.w.h. : ” barang siapa yang membesarkan mauled Nabi Muhammad S.a.w maka apabila mati masuk sorga”.
Imam Syafi’I r.h.m. : “ siapa yang mengumpulkan saudaranya buat hadir di  tempat maulid Nabi S.a.w. lalu menyediakan makanan serta berbuat baik di dalamnya maka orang tersebut di hari kiamat akan di bangkitkan bersama para shidiqin, Syuhada dan Sholihin dan berada di surga An-Na’im. Namun apa penertian maulid itu ?".
Maulid secara bahasa berarti adalah hari kelahiran,adapun maulid yang biasa kita kenal adalah suatu perayaan/peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. yang di selenggarakan secara berjamaah dibacakan ayat-ayat Alqur'an  dan riwayat hidup kekasih Alloh Nabi Muhammad Saw serta sholawat dan pujian-pujian kepada beliau Saw, dengan maksud mengagungkan martabat Nabi Muhammad SAW dan memperlihatkan kegembiraan Kaum muslimin menyambut kelahiran beliau S.a.w. Assayid Al-Hafizd Al-musnid Prof.Dr. Muhammad Bin Alwy Al-Maliky Al-Hasaniy (mufti Mekkah) mengutarakan tentang bolehnya perayaan atau peringatan maulid Nabi SAW didalam kitabnya yang berjudul "Mafahim Yajibu An Tusahhah” , yang kita sebutkan beberapa diantaranya:
a)    peringatan maulid memantulkan kegembiraan kaum muslimin menyambut junjungan mereka, Nabi Muhammad SAW. bahkan orang kafir pun memperoleh manfaat dari sikapnya yang menyambut gembira kelahiran beliau seperti Abu Lahab, misalnya. sebuah hadist didalam Shohih Bukhori menerangkankan, bahwa tiap hari senin Abu Lahab diringankan adzabnya, karena memerdekakan budak perempuannya, tsuwaibah, sebagai tanda kegembiraannya menyambut kelahiran putera saudaranya. 'abdulloh bin abdulmutholib, yaitu Nabi Muhammad Saw, jadi jika orang kafir saja memperoleh manfaat dari kegembiraannya menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw apalagi orang beriman.
b)    Rosululloh S.a.w. sendiri menghormati hari kelahiran beliau, dan bersyukur kepada Allah S.W.T. atas karunia ni’mat-Nya yang besar itu. Beliau dilahirkan di alam wujud sebagai hamba Alloh yang paling mulia dan sebagai rahmat bagi seluruh wajud. Cara beliau menghormati hari kelahirannya ialah dengan berpuasa. Sebuah Hadist dari Abu Qotadah menuturkan, bahwa ketika Rosululloh S.a.w. ditanya oleh beberapa orang sahabat mengenai puasa beliau tiap hari senin, beliau menjawab: “pada hari itu aku dilahirkan dan pada hari itu juga Allah menurunkan wahyu kepadaku” ( diriwayatkan oleh Muslim  didalam “Shahih”nya ). Puasa yang beliau lakukan itu merupakan cara beliau memperingati hari maulidnya sendiri. Memang tidak berupa perayaan, tetapi makna dan tujuannya adalah sama, yaitu peringatan. Peringatan dapat dilakukan dengan cara berpuasa, dengan memberi makan kepada fihak yang membutuhkan, dengan berkumpul untuk berzikir dan bersholawat, atau dengan menguraikan keagungan perilaku beliau sebagai manusia termulia.
C) pernyataan senang dan gembira menyambut kelahiran Nabi Muhammad S.a.w. merupakan tuntunan Al_Qur’an. Sebagaimana Allah berfirman: 

“ Katakanlah :  dengan karunia Alloh dan rahmatNya, hendaklah (dengan itu ) mereka bergembira “. (S. Yunus:58)
Allah S.W.T memerintahkan kita bergembira atas rahmatNya, dan Nabi Muhammad S.a.w. jelas merupakan rahmat terbesar bagi kita dan alam semesta, sebagaimana firman Allah:

“Dan kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta“ . (S. Al_Anbiya : 107). D)    Memuliakan Rosululloh S.a.w. adalah ketentuan syari’at yang wajib dipenuhi. Memperingati ulang tahun kelahiran beliau dengan memperlihatkan kegembiraan, menyelenggarakan walimah, mengumpulkan jama’ah untuk berzikir mengingat beliau, menyantuni kaum fakir miskin dan amal-amal kebajikan lainnya adalah bagian dari cara kita menghormati dan memuliakan beliau. Itu semua menunjukan pula betapa betapa besar kegembiraan dan perasaan syukur kita kepada Allah atas hidayat yang dilimpahkan kepada kita melalui seorang Nabi dan Rosul pilihan-Nya.
E)    Perayaan atau peringatan maulid Nabi dipandang baik oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negri, dan diadakan oleh mereka. Menurut kai’dah hukum syara’ kegiatan demikian itu adalah Mathlub syar’an (menjadi tuntutan syara’). Hadist mauquf dari Ibnu Mas’ud R.a. megaskan : “ apa yang di pandang baik oleh kaum muslimin, di sisi Allah itu adalah baik, dan apa yang di pandang buruk oleh kaum muslimin, disisi Alloh itu adalah buruk “ (Hadist di keluarkan oleh Imam Ahmad).

BEBERAPA PANDANGAN PARA ULAMA MENGENAI MAULID.
1. Telah berkata Sulthanul-'Arifin Jalaluddin as-Sayuthi dalam kitabnya berjudul "al-Wasaail fi syarhisy Syamaail" "Tidak ada sebuah rumah atau masjid atau tempat yang dibacakan padanya Maulidin Nabi s.a.w. melainkan akan dikitari/dikelilingi/diselubungi tempat itu oleh para malaikat akan ahli yang hadir di tempat tersebut serta dirantai mereka oleh Allah dengan rahmat. Para malaikat yang diselubungi/diliputi/dikalungi cahaya yaitu Jibril, Mikail, Israfil, Qarbail, 'Aynail, ash-Shaafun, al-Haafun dan al-Karubiyyun, maka bahwasanya mereka berdoa bagi siapa-siapa  yang menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidin Nabi s.a.w. " Imam as-Sayuthi berkata: "Tidak ada seseorang Islam yang diperbacakan dalam rumahnya akan Maulidin Nabi s.a.w. melainkan diangkat Allah kemarau, wabah, kebakaran, malapetaka, bala bencana, kesengsaraan, permusuhan, hasad dengki, kejahatan 'ain (sihir pandangan) dan kecurian daripada ahli rumah tersebut, maka apabila dia mati, Allah akan mempermudahkan atasnya menjawab soal  Munkar dan Nakir dan adalah dia ditempatkan pada kedudukan as-Shidq di sisi Allah Raja yang Maha Berkuasa." Mungkin ada yang bertanya kenapa ada orang baca mawlid tetapi masih menerima malapetaka dan bencana. Apa mau dikata, bahkan para Nabi pun mendapat musibah duniawi sebagai ujian daripada Allah s.w.t., karena semuanya berlaku atas kehendak Allah semata-mata. namun musibah duniawi adalah ringan dibanding musibah berbentuk maknawi. Keselamatan dari musibah maknawi ini yang diutamakan, biar rumah kita dicuri asalkan iman dan kesabaran serta tawakkal kita pada Allah tidak turut dicuri . Mungkin juga Allah belum menerima amalan kita, sehingga  tidak menjadi sebab mendapat rahmat Allah tersebut, oleh itu teruskan usaha dan tingkatkan amal. Yakin kepada kemurahan Allah yang tiada terbatas dan carilah syafaat daripada Junjungan s.a.w. Lebih lanjut Imam jalaluddin As-suyuty menjelaskan dalam risalahnya yang berjudul "Husnul-Maqosid fi A'malil-Maulid : "orang pertama yang menyelenggarakan peringatan maulid Nabi SAW ialah Sultan Al-Mudzaffar, penguasa arbil (suatu tempat di Iraq sebelah timur / selatan kota mausil).peringatan tersebut dihadiri oleh para ulama terkemuka dan orang-orang sholeh dari kaum sufi. tiap tahun Al-Mudzaffar mengeluarkan biaya sebesar 300.000 dinar untuk peringatan maulid, dengan niat semata-mata untuk taqorrub kepada Alloh SWT Menurut kenyataan, tak seorang pun dari ulama dan orang-orang saleh yang hadir dalam peringatan itu mengingkari kebajikan dan fadilah peringatan maulid, bahkan semua merestui  dan memuji prakarsa Sultan Mudzaffar, atas permintaan Sultan Mudzaffar, Ibnu Dahyah menulis sebuah kitab khusus mengenai maulid Nabi SAW dengan judul: "At-Tanwir fi Maulid Al-Basyir An-Nazdir". kitab itu ditulis pada tahun 604 H. dan ternyata diakui kebaikannya oleh para ulama pada masa itu.
2. Syaikh DhiyaUddin Ahmad bin Sa`id ad-Darini dalam kitabnya " Thaharatul Qulub wal Khudu' li Allamil Ghuyub " menulis antara lain:- Mengingat atau memuji-muji Junjungan Nabi s.a.w. akan menambahkan keimanan, menerangi hati dan menyingkap rahasia kebijaksanaan Tuhan. Allah s.w.t. telah menetapkan cinta kepada Junjungan Nabi s.a.w. sebagai syarat untuk mencintai-Nya dan taat kepada-Nya sebagai ukuran kepatuhan kepada-Nya. Mengingat Junjungan Nabi s.a.w. juga berhubungan dengan mengingat Allah s.w.t. sebagaimana bai'ah kepada Junjungan Nabi s.a.w. juga berkait dengan bai'ah kepada-Nya.
3. Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi dalam kitabnya "I`anatuth-Tholibin" jilid 3 halaman  414 menyatakan antara lain:- Telah berkata Imam al-Hasan al-Bashri qaddasaAllahu sirrah: "Aku berikan jika ada padaku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul." Telah berkata Imam al-Junaidi al-Baghdadi rhm.: "barang siapa yang hadir mawlid ar-Rasul dan membesarkan derajat baginda, maka telah sempurna imannya." Telah berkata Syaikh Ma'ruuf al-Karkhi qds.: "barang siapa  yang menyediakan untuk pembacaan mawlid ar-Rasul akan makanan, menghimpunkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu-lampu, berpakaian baru, berwangi-wangian, berhias-hias, demi membesarkan mawlid Junjungan s.a.w., niscaya dia akan dihimpunkan oleh Allah ta`ala pada hari kiamat bersama-sama kumpulan pertama daripada para nabi dan jadilah dia berada pada derajat yang tinggi di syurga. Dan barang siapa yang telah membaca mawlid ar-Rasul s.a.w. di atas dirham-dirham perak atau emas, dan mencampurkannya bersama dirham-dirham lain, maka akan turun keberkahan dan tidaklah akan miskin pemiliknya serta tidak akan kosong tangannya dengan berkah mawlid ar-Rasul s.a.w." Seterusnya Sidi Syatha dalam "I`anatuth-Tholibin" menyambung:- Dan telah berkata al-Imam al-Yafi`i al-Yamani (sesetengah kitab tersilap cetak di mana huruf "ya" berubah kepada "syin" menyebabkan perkataan ini dinisbahkan kepada Imam asy-Syafi`i):- "barang siapa yang menghimpunkan untuk Mawlidin Nabi s.a.w. saudara-saudaranya, menyediakan makanan dan tempat serta berbuat ihsan sehingga menjadi sebab untuk pembacaan Mawlidir Rasul s.a.w., dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat berserta dengan para shiddiqin, syuhada` dan sholihin serta dimasukkan dia ke dalam syurga-syurga yang penuh keni'matan." •    Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam kitabnya "al-Mawlid asy-Syarif al-Mu`adzdzham", Syaikh Ibnu Zahira al-Hanafi dalam "al-Jami' al-Lathif fi Fasl Makkah wa ahliha", ad-Diyabakri dalam "Tarikh al-Khamis" dan Syaikh an-Nahrawali dalam "al-I'lam bi a'lami Bait Allah al-haram", menulis senario sambutan Mawlid Nabi s.a.w. di Makkah seperti berikut:- Setiap tahun tanggal 12 Rabi`ul Awwal, selepas sembahyang Maghrib, keempat-empat qadhi Makkah (yang mewakili mazhab yang empat) bersama-sama orang banyak termasuk segala fuqaha, fudhala` (orang kenamaan) Makkah, syaikh-syaikh, guru-guru zawiyah dan murid-murid mereka, ru`asa' (penguasa-penguasa), muta`ammamin (ulama-ulama) keluar meninggalkan Masjidil Haram untuk pergi bersama-sama menziarahi tempat Junjungan Nabi s.a.w. dilahirkan. Mereka berarak dengan maelantunkan zikir dan tahlil. Rumah-rumah di Makkah diterangi cahaya pelita dan lilin. Orang yang turut serta amat banyak dengan berpakaian indah serta membawa anak-anak mereka. Setiba di tempat kelahiran tersebut, ceramah yang berkaitan  Mawlidin Nabi disampaikan, serta kebesaran, kemuliaan dan mu'jizat Junjungan diceritakan. Setelah itu, doa untuk Sultan, Amir Makkah dan Qadhi Syafi`i dibacakan dengan penuh khusyu' dan khudu`. Setelah hampir waktu Isya`, barulah mereka berarak semula pulang ke Masjidil Haram untuk menunaikan sholat Isya`.
4. Imamul Mujtahiddin Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : “kemulian hari mauled Nabi Muhammad S.a.w. dan diperingatinya secara berkala (berlanjut) sebagaimana yang di lakukan kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rosul pembawa hidayat bagi semua ummat manusia”.

Ringkasannya peringatan maulid Nabi adalah kegiatan yang sangat baik dan bermanfaat, karena itu kesempatan itu wajib digunakan untuk tujuan-tujuan yang baik. Lalu penyelenggaraan peringatan maulid tidak harus tepat pada tanggal 12 Rabi”ul awal dan tidak harus tepat pada hari senin, meskipun tanggal dan hari itu lebih afdhol. peringatan maulid dapat di lakukan kapan saja mengingat syari’at islam sama sekali tidak melarang bahkan menganjurkan serta memandangnya sebagai kebajikan yang perlu dilestarikan pengamalannya, karena besarnya manfaat yang dapat diambil dari kegiatan tersebut, baik bagi kepentingan agama islam maupun bagi kepentingan kaum muslimin. Wallohu A’lam Bi As-Shoab.
Sumber : “Al-Bayan Asyaafii Fi Mafahim Al-Khilaafii “ As-Sayyid  Muhammad bin Husein Al-Hamid Al-Husaini.

Tipu Daya Iblis Dalam Bekerja

Dalam Suatu Konfrensi, iblis, setan, dan jin fasik sedang membahas cara menjauhkan umat islam dari tuhannya, maka berkata iblis selaku pimpinan, "kita tak dapat melarang kaum muslim kemasjid, kita tak dapat melarang mereka membaca Al-Quran, bahkan kita tidak bisa melarang mereka dalam mendekatkan diri dng tuhan mereka,pd saat mereka melakukan hubungan dng Allah, maka kekuatan kita akan lumpuh.." kata iblis

"oleh sebab itu biarkanlah mereka tetap pergi ke masjid, biarkan mereka tetap melakukan ibadah kepada tuhannya, TETAPI CURI WAKTU MEREKA, sehingga mereka tidak punya lagi waktu untuk mendekatkan diri kpd Allah" lanjut iblis

"inilah yg akan kita lakukan, alihkan mereka dari usaha meningkatkan kedekatannya kpd Allah dan awasi terus kegiatannya sepanjang hari" kata Iblis

lalu setan dan jin fasik pun bertanya, "bagaimana cara kami melakukannya..?"

iblis pun berkata, "rayu mereka semua agar suka BELANJA, BELANJA, BELANJA, SERTA BERHUTANG, BERHUTANG DAN BERHUTANG"

"bujuk para isteri atau wanita untuk bekerja diluar rumah 5-7 hari dalam seminggu, 10-12 jm/minggu"

"jng biarkan mereka menghabiskan waktu bersama anak/suami/keluarga mereka, jika keluarga mereka mulai tdk harmonis, maka mereka akan merasa bahwa rumah bukanlah tempat mereka melepaskan lelah sepulang bekerja, dorong trus cara berfikir mereka sprti itu,sehingga mereka tdk merasa lagi ada ketenangan dirumah"

"penuhi meja2 rumah mereka dng majalah2 dan tabloid2 duniawi, cekoki mereka dng berbagai berita dan gosip setiap hari"

"buatlah para isteri/wanita itu menjadi sangat letih pada malam hari krna bekerja serta buatlah mereka sering sakit kepala,jika para isteri tidak memberikan pelayanan cinta yg diinginkan oleh suami, maka sang suami akan mencari2 yg lain diluar, hal inilah yg akan mempercepat retaknya sebuah keluarga"

"sibukan mereka sehingga tdk pny lagi waktu untuk mengaji/ mengkaji berbagai ajaran islam, arahkan mereka ketempat2 hiburan, fitness, pertandingan2, karaoke2, konser2 musik dan bioskop"

"buatlah mereka menjadi SIBUK, SIBUK, DAN SIBUK"

"perhatikan mereka jika berjumpa dng orng2 yg sholeh, bisikan gosip2 dan percakapan yg tidak berarti sehingga pertemuan mereka itu menjadi sia2"

"isi kehidupan mereka dng keindahan2 semu, yg akan mmbuat mereka semakin terbuai dan tdk pny waktu untuk mempelajari atau memperdalam ajaran agama"

"bisiki mereka pemahaman2 sekuler, pemahaman2 modern, buat mereka menganggap ajaran islam itu ajaran yg kuno, tak terbuka dan cenderung menekan, bisikan pda mereka alibi alibi agar mereka dpt melanggar aturan tuhannya,tanpa mereka merasa bahwa hal itu salah"

"maka dng segera mereka akan merasa bahwa, keberhasilan, kebaikan, kesehatan diri dan keluarganya adalah merupakan hasil usahanya yg mati matian dan bukan atas izin dan kehendak Allah"

"PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL, PASTI BERHASIL, ini benar2 rencana bagus"

kemudian iblis,setan dan jin fasik itu pun kemudian pergi  dng penuh semngat melakukan tugas tugasnya yaitu MEMBUAT PARA MUSLIMIN LEBIH SIBUK, LEBIH KALANG KABUT DAN LEBIH SENANG DNG HURA2 dan hanya menyisakan sedikit saja waktu untuk Allah sang pencipta, hny untuk formalitas sholat 5 wktu saja yg itu pun dikerjakannya dng terburu buru dan rasa malas, serta tidak punya waktu lagi untuk bersilaturahmi dan saling mengingatkan akan Allah dan Rasulnya..



renungkan lah itu semua terutama kalian wahai wanita..
apa yg membuat kalian merasa cara kalian itu benar..?
apa yg membuat kalian makin tak bersyukur dan durhaka kpd Allah serta suamimu..?
berani beraninya kalian mentalak sang suami...
berani beraninya kalian pergi pagi pulang malam tanpa mahram yg mengawasi...
bisa bisanya kalian pergi tanpa ijin suami..
bisa bisanya kalian berpakaian rapi bukan untuk sang suami..

tidak ingatkah kalian dng masa lalu..??
saat harga dirimu diinjak2, dilecehkan dan tak dianggap berharga sama sekali dibandingkan dng seekor kuda sekalipun..
kelahiran kalian dulu hanya menjadi sebuah aib bagi keluarga, tak pantas hidup dan lebih baik dibunuh, dijadikan budak pada masa itu...

namun islam dng rahmatnya datang dan mengubah segalanya, menjadikan dunia lebih indah bagi wanita, didalam islam wanita wajib dihormati, disayangi, dikasihi, dan dihargai..
bahkan wanita mempunyai kedudukan yg mulia dibandingkan para lelaki..

maka nikmat tuhan mana lagikah yg kau dustakan..?

mengapa sekarang kalian sering menyebut2 "EMANSIPASI WANITA"
tidak sadarkah kalian, BAHWA ISLAM YG PERTAMA KALI MEMERDEKAKANHAK HAK KALIAN, ISLAM YG PERTAMA KALI MEMBELA HAK HAK KALIAN, ISLAM YG PERTAMA KALI MELEPASKAN BELENGGU KETIDAKADILAN DIANTARA KALIAN..

maka mengapa sekarang kalian berani beraninya menantang, melunjak, memperdebatkan lagi hak hak kalian dng alibi "EMANSIPASI WANITA"

INGATLAH WAHAI KAUM HAWA..andaikata tak ada islam yg dulu pernah membela, maka sampai detik ini, menit ini, dan hari ini harga diri kalian tak lebih besar drpd seekor kuda..

bersyukurlah kalian, bukan si "kartini" yg membawa perubahan pada hidup wanita, TAPI ISLAM LAH YG MEMBUAT KALIAN SAMPAI SAAT INI MASIH BISA TERSENYUM BAHAGIA..

BERHENTILAH MEMINTA LEBIH, BERHENTILAH DURHAKA PADA SANG ILAHI, PATUHLAH KALIAN KPD SUAMI KALIAN, JIKA TAU AKAN SEPERTI INI, MNGKIN MENYESAL SANG NABI TELAH MEMBELA HARGA DIRI KALIAN...

MERAYAKAN MAULIDUR RASUL

Sebagian dari kaum penyebar syubhat telah menyebut perayaan Maulidur Rasul saaw sebagai perbuatan bid’ah dholalah. Banyak sudah argumen yang mereka kemukakan. Namun semua argumen itu tidaklah berdasar pada dalil-dalil yang dapat dibenarkan kecuali oleh orang-orang yang mudah ditipu. Pada tulisan kali ini, kami mencoba mengemukakan beberapa argumen untuk menunjukkan betapa perayaan Maulidur Rasul itu adalah suatu hal yang mulia.

Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (Yunus: 85)

Merayakan Maulid itu agak berbeda dengan merayakan Natal. Umat Kristiani merayakan Natal adalah dalam rangka menyembah dan mengkultuskan Yesus yang mereka yakini lahir pada tanggal 25 Desember. Dan mereka menjadikan tanggal 25 Desember itu sebagai hari khusus dalam merayakan kelahiran Yesus. Walau pun sebagian sarjana Alkitab telah menyatakan bahwa Yesus tidaklah lahir pada tanggal 25 Desember di musim dingin, melainkan pada bulan Ilul di musim semi atau musim kering. Bahkan mereka menjelaskan bahwa tanggal 25 Desember itu sebenarnya adalah perayaan orang Romawi untuk merayakan hari lahir dari dewa Sol Invictus.

Merayakan Maulid juga agak berbeda dengan merayakan Asyura dimana kita berpuasa sunnah pada tanggal 10 Muharram dalam rangka bersyukur dan taqarrub kepada Allah.

Merayakan Maulidur Rasul tidak hanya terpaku pada hari lahirnya Sang Cahaya (QS. Al-Maidah: 15). Maulidur Rasul dilakukan juga dalam rangka mengenang riwayat hidup Sang Juru Syafaat. Adalah benar bahwa Rasulullah saaw lahir pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal di tahun Gajah. Namun tidak seperti perayaan lain yang terpaku pada satu hari tertentu, perayaan Maulidur Rasul saaw dapat dilakukan setiap hari. Tidak hanya pada tanggal 12 Rabiul Awwal, tidak hanya di bulan Rabiul Awwal, tidak hanya di hari Senin. Bahkan setiap hari di sepanjang tahun, kita dapat merayakan Maulidur Rasul. Karena sudah semestinyalah bagi kita ummat Islam untuk bergembira setiap saat atas karunia Allah berupa lahirnya sang pembawa Syari’atul Muthohharoh. Maka perayaan Maulidur Rasul ini tidak bisa disamakan dengan perayaan Natal atau pun Milad Partai yang terpaku pada satu hari tertentu.


KEISTIMEWAAN 12 RABIUL AWAL

Walau perayaan Maulid tidak terpaku pada tanggal 12 Rabiul Awwal, namun tanggal 12 Rabiul Awwal tetaplah hari yang istimewa bagi para pecinta Rasul saaw dan Shahabat beliau radhiyallahu ‘anhum. Karena pada tanggal 12 Rabiul Awwal itulah Sang Kekasih lahir ke dunia ini. Itulah tonggak sejarah baru dalam kehidupan manusia menuju Al-Haqq. Pada hari itu telah tumbang segala simbol kemusyrikan. Pada hari itu, api biara Majusi telah dipadamkan, jatuhlah mahkota Kisra Persia, dan Makkah diterangi cahaya gemilang.

Hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal juga merupakan hari tibanya Rasulullah di Madinah. Pada hari itu, datanglah Sang Bulan Purnama dari celah-celah bukit. Maka bersyukurlah kita atas hijrahnya Rasulullah saaw dan atas selamatnya beliau tiba di Madinah. Tibanya Rasulullah di Madinah adalah fase kebangkitan selanjutnya dari da’wah ilallah. Itulah sebabnya kaum Anshor menyambut kedatangan beliau sambil berdiri dan menabuh rebana. Mereka melantunkan syair yang begitu indah, "Thola’al badru ‘alayna min tsaniyatil wada’. Wajabasy syukru ‘alayna ma da’a lillahi da’."

Pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal pula Rasulullah saaw wafat. Pada hari itu, ummat Islam mengalami kegoncangan yang dahsyat. Lalu muncullah Ad-Da’i ilallah, Sayyidina Abu Bakar, yang membangkitkan kembali semangat kaum Muslimin dengan pidatonya yang terkenal. Pada hari itulah peristiwa agung lainnya terjadi, yaitu kebangkitan semangat Muslimin setelah diterpa ujian besar.

Maka wajarlah jika tanggal 12 Rabiul Awwal dijadikan salah satu hari istimewa bagi kaum Muslimin. Namun untuk merayakan Maulidur Rasul sebagai rasa gembira kita atas karunia besar tersebut, kita tidak mesti hanya merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Bahkan sepatutnya kita bergembira dan merayakan Maulidur Rasul pada setiap hari di sepanjang tahun.


RASUL PUN MERAYAKAN MAULID

Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah berkata : Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw berakikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadits no.1832 dengan sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah berakikah untuknya kakeknya Abdulmuththalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yang kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yang telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil'aalamiin dan membawa Syariah untuk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman-teman dan saudara-saudara, menjamu dengan makanan-makanan dan yang serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. Bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : "Husnul-Maqashid fii 'Amalil-Maulid".

Rasul pun pernah ditanya tentang puasa di hari Senin. Maka beliau menjawab bahwa pada hari itulah beliau saaw dilahirkan. Maka dengan alasan itu pula kita berpuasa di hari Senin. Dan dengan alasan itu pula dibolehkan bagi kita untuk beribadah kepada Allah dalam rangka bersyukur atas lahirnya Rasulullah saaw. Maka boleh bagi kita untuk membesarkan hari lahir beliau saaw dengan ibadah apa saja, tidak hanya dengan puasa, tetapi dengan ibadah yang lainnya pun boleh.


SAHABAT PUN BERMAULID

Dalam kitab-kitab maulid atau rawi, kita dapat menjumpai kalimat-kalimat pujian atas Rasulullah saaw yang sebenarnya dikutip dari Al-Qur`an, hadits, atau pun perkataan para shahabat.

Paman Nabi, Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib pernah berkata: Wahai Nabi, engkau adalah cahaya Allah SWT yang diletakkan pada sulbi Nabi Adam as, sehingga ketika Nabi Adam as turun ke muka bumi ini, engkau ikut turun ke muka bumi bersama Nabi Adam as. Lalu nabi Adam as melahirkan anaknya, dan anaknya melahirkan keturunan, sehingga engkau bersama Nabi Nuh as ketika banjir besar melanda kaumnya, sehingga engkau berada di sulbi para laki-laki mulya yang menikahi wanita-wanita suci, sehingga engkau dilahirkan oleh ibumu dengan cahaya yang terang benderang, dan sungguh hingga kini kami masih dalam naungan cahayamu.

Kalimat-kalimat pujian di atas itu akan kita dapati di dalam kitab-kitab maulid seperti dalam kitab maulid Ad-Diba’i. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa Sayyidina Abdullah bin Abbas ra meriwayatkan bahwa Nabi saaw bersabda: Sesungguhnya ada seorang Quraisy yang saat itu masih berwujud nur di hadapan Allah 2000 tahun sebelum penciptaan Nabi Adam as. Nur itu selalu bertasbih kepada Allah. Dan bersamaan dengan tasbihnya itu bertasbih pula para malaikat mengikutinya. Ketika Allah akan menciptakan Adam, nur itu pun diletakkan pada tanah liat asal kejadian Adam. Lalu Allah menurunkan nur itu ke muka bumi melalui punggung Nabi Adam. Dan Allah membawaku ke dalam kapal dalam tulang sulbi Nabi Nuh as, dan menjadikan aku dalam tulang sulbi Nabi Ibrahim Al-Khalil, ketika ia dilemparkan ke dalam api. Tak henti-hentinya Allah memindahkan aku dari rangkaian tulang sulbi yang suci, kepada rahim yang suci dan megah. Hingga akhirnya Allah melahirkan aku melalui kedua orangtuaku yang sama sekali tidak pernah berbuat serong.
(Jika kita melihat silsilah Yesus dalam Alkitab, tentu kita akan tercengang oleh moyang Yesus yang pernah berbuat serong, yaitu Yehuda dan Tamar.)

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa para shahabat pun terkadang berkumpul bersama Nabi saaw, dan mereka membacakan syair-syair pujian di hadapan Nabi saaw dan beliau saaw tidak melarang mereka, bahkan Rasulullah saaw mendoakan mereka sebagai tanda keridhoan beliau saaw atas perkataan mereka yang sesungguhnya tidak menyimpang dari Syari’atul Muthohharoh.

Bukan Muhammad namanya jika tidak boleh dipuji. Beliau dinamakan Muhammad, karena beliau memang pantas dipuji. Ketika kita memuji beliau saaw, sesungguhnya kita telah memuji Pencipta beliau. Jika Anda telah memuji istri dan anak Anda dengan ‘cahaya mata’, mengapa Anda enggan memuji Muhammad Rasulullah? Jika Anda telah memuji kecantikan isteri Anda, mengapa Anda tidak memuji keluhuran Muhammad Rasulullah saaw? Jika Anda mengagungkan Ka’bah sebagai qiblat Anda, mengapa Anda tidak mengagungkan Muhammad Rasulullah? Memuji dan mengagungkan Rasulullah bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada beliau, sebagaimana ketika kita shalat menghadap Ka’bah bukanlah suatu bentuk penyembahan kepada Ka’bah.

Jika Anda beri’tiqad bahwa memuji dan mengagungkan Rasulullah itu syirik, maka jangan lagi Anda shalat menghadap Ka’bah, toh kemana pun Anda menghadap, disitu Anda dapati Wajah Allah. Dan jangan lagi Anda mencium Hajar Aswad. Jangan lagi Anda bersa’i antara Shofa dan Marwah. Jangan lagi Anda berthawaf mengelilingi Ka’bah. Karena berdasarkan i’tiqad tersebut, semua itu adalah merupakan penyembahan kepada Ka’bah, Hajar Aswad, Shofa, dan Marwah.

Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah: 158]

Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. [QS. Al-Hajj: 30]

Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati. [QS. Al-Hajj: 32]

Adakah sesuatu yang lebih terhormat dari Muhammad Rasulullah saaw di sisi Allah? Siapakah yang namanya berdampingan dengan Nama Allah di pintu surga? Siapakah nama yang disebut Nabi Adam as untuk bertawassul ketika beliau melakukan suatu kesalahan? Tidak layakkah Muhammad Rasulullah saaw untuk diagungkan oleh orang-orang yang bertaqwa? Tidak ada makhluq yang lebih layak untuk diagungkan daripada Muhammad Rasulullah saaw. Kerena beliau saaw adalah makhluq paling terhormat di sisi Allah.

Dari Umar ra. Ia berkata: Rasulullah SAAW bersabda, “Tatkala Adam melakukan kesalahan, dia berkata: “Wahai Rabbku, aku memohon kepada-Mu dengan haq Muhammad akan dosa-dosaku, agar Engkau mengampuniku.” Lalu Allah berfirman: “Wahai Adam, bagaimana kamu mengenal Muhammad sedang Aku belum menciptakannya (sebagai manusia) ?” Adam menjawab: “Wahai Rabbku, tatkala Engkau menciptakanku dengan Tangan-Mu dan meniupkan ruh-Mu ke dalam diriku, maka Engkau Mengangkat kepalaku, lalu aku melihat di atas kaki-kaki arsy tertulis ‘Laa Ilaaha illallaah Muhammadur Rasuulullaah’ sehingga aku tahu bahwa Engkau tidak menambahkan ke dalam Nama-Mu kecuali makhluq yang paling Engkau cintai.” Lalu Allah Berfirman: “Benar engkau wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluq yang paling Aku cintai, berdoalah kepadaku dengan haq dia, maka sungguh Aku Mengampunimu. Sekiranya tidak ada Muhammad, maka Aku tidak menciptakanmu.” [HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak juz 2 halaman 615, dan beliau mengatakan shahih. Juga Al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Ibnu Taimiyah mengutipnya dalam kitab Al-Fatwa juz 2 halaman 150, dan beliau menggunakannya sebagai tafsir/penjelasan bagi hadits-hadits yang shahih]

Pembacaan rawi dalam perayaan-perayaan maulid bukanlah suatu perkara bid’ah, karena sebenarnya hal itu juga telah dilakukan para shahabat di hadapan Rasulullah saaw. Begitu juga dengan berdiri ketika "Asyroqol" atau pun "Thola’al", itu bukanlah suatu bid’ah. Karena kita hanya meniru-niru shahabat. Dengan demikian, kita bisa merasakan apa yang dirasakan shahabat pada saat itu, yaitu kegembiraan yang hanya bisa dirasakan dan sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dengan meniru tindakan para shahabat tersebut, kita merasa bahwa jiwa kita menyatu dengan jiwa mereka, atau jiwa kita seakan kembali ke masa ketika Rasulullah saaw tiba di Madinatun Nabi pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Pembacaan Maulid/Rawi dan segala kaifiatnya itu bagaikan pertunjukkan drama dimana kita berperan sebagai para shahabat yang sedang menyambut kekasih mereka saaw; bagaikan napak tilas kehidupan para shahabat ketika mereka hidup berdampingan dengan sang kekasih saaw. Kita memang tidak hidup sezaman dengan Rasulullah saaw, tetapi kita dapat merasakan bahwa Rasulullah saaw selalu mendampingi kehidupan kita. Spirit seperti inilah yang dicoba untuk dibangkitkan oleh ulama, yaitu kehidupan ummat yang selalu merasakan kehadiran Rasulullah saaw. Spirit yang timbul dari pancaran jiwa Muhammad Rasulullah saaw. Rasa seperti ini tidak dapat dipahami, kecuali oleh mereka yang selalu merindukan pertemuan dengan kekasih mereka, Muhammad Rasulullah saaw.


PARA HAFIZH PUN BERMAULID

Hafizh adalah sebutan bagi orang yang telah menghafal setidaknya seratus ribu hadits berikut sanadnya. Dan tentunya mereka telah lebih dahulu menghafal Al-Qur`an. Kitab-kitab maulid yang dibaca dalam perayaan maulid pada umumnya adalah kitab-kitab yang dikarang oleh para hafizh. Tentunya mereka menyusun kitab maulid berdasarkan ilmu mereka yang bagaikan samudera bila dibandingkan dengan ilmu kita yang hanya setetes saja. Rawi yang mereka tuliskan adalah berdasarkan hadits-hadits shahih yang mereka ketahui sanadnya. Maka tidak sepantasnya jika kita menyebut pembacaan kitab maulid/rawi itu sebagai perkara bid’ah DHALALAH.

Diantara ulama ahli sunnah wal jama’ah yang menyetujui perayaan maulid adalah:
1. Imam Al Hafizh Ibn Hajar Al Atsqalaniy rahimahullah.
2. Imam Al Hafizh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah.
3. Imam Al Hafizh Abu Syaamah rahimahullah.
4. Imamul Qurra' Al-Hafizh Syamsuddin Aljazriy.
5. Imam Al Hafizh Syamsuddin bin Nashiruddin Addimasyqiy pengarang beberapa kitab maulid : Jaami' al astar fi maulid nabi al mukhtar 3 jilid, Al lafaz arra'iq fi maulid khair al khalaiq, Maurud asshadi fi maulid al hadi.
6. Imam Al Hafizh Assakhawiy.
7. Imam Al Hafizh Ibn Abidin rahimahullah.
8. Imam Al Hafidh Ibnul Jauzi rahimahullah pengarangan kitab maulid "Al Aruus"
9. Imam Al Hafizh Al Qasthalaniy rahimahullah.
10. Imam Al Hafizh Al Muhaddis Abul-Khattab Umar bin Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Ibn Dihyah, pengarangan kitab maulid "Attanwir fi maulid basyir an nadzir".
11. Imam al Hafizh Ibn Katsir pengarang kitab maulid yang dikenal dengan kitab maulid ibn Katsir.
12. Imam Al Hafizh Al 'Iraqy pengarang kitab maulid "Maurid al hana fi maulid assana"
13. Imam Assyakhawiy pengarang kitab maulid Al Fajr al Ulwi fi maulid an Nabawi.
14. Al Allamah al Faqih Ali Zainal Abidin As Syamhudi pengarang kitab maulid Al Mawarid al Haniah fi maulid Khairil Bariyyah
17. Al Imam Hafizh Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As Syaibaniy yang terkenal dengan ibn Diba' pengarang kitab maulid Ad-Diba'i
18. Imam ibn Hajar al Haitsami pengarang kitab maulid Itmam an-Ni'mah alal Alam bi Maulid Sayid Waladu Adam.
19. Imam Ibrahim Baajuri.
20. Al Allamah Ali Al Qari' pengarang kitab maulid Maurud ar-Rowi fi Maulid Nabawi.
21. Al Allamah al Muhaddits Ja'far bin Hasan Al Barzanji pengarang kitab maulid yang terkenal dengan kitab maulid Barzanji.
23. Al Imam Al Muhaddis Muhammad bin Ja’far al Kattani dengan maulid Al Yaman wal Is'ad bi Maulid Khair al-Ibad.

Mereka semua adalah ulama-ulama ahli sunnah wal jama’ah yang dapat dipercaya keilmuwannya. Mereka adalah pemelihara Al-Qur`an dan Hadits-Hadits Rasulullah saaw. Sedangkan mereka yang menentang perayaan maulid, sudah berapa hadits yang mereka hafal? Dari hadits-hadits yang mereka hafal, berapa hadits yang sanadnya bersambung dari guru mereka hingga kepada Rasulullah saaw? Mungkin tidak satu pun hadits yang mereka hafal itu memiliki sanad yang bersambung dari guru mereka hingga kepada Rasulullah saaw. Paling mereka menghafal hadits itu dari Kitab-Kitab Hadits yang beredar sekarang, dimana mereka hanya tahu bahwa hadits itu mereka dapat dari Imamul Bukhori dari Shahabat dari Rasulullah saaw. Sedangkan para ulama yang menyetujui perayaan maulid ini, mereka menghafal sekian ratus ribu hadits berikut sanadnya, dimana mereka mendapat hadits-hadits itu dari guru mereka dari gurunya dari gurunya, terus begitu hingga dari tabi’it tabi’in dari tabi’in dari shahabat dari Rasulullah saaw. Lalu pendapat siapakah yang lebih pantas diikuti? Pendapat para ulama yang luas ilmunya, ataukah pendapat para penebar syubhat yang dangkal ilmunya dan picik cara berfikirnya?

Jumat, 24 Februari 2012

Riwayat Singkat Shohibur Ratib Alaydrus Akbar

Riwayat Singkat Shohibur Ratib

Al-Imam Al-Qutub Sayyid Abdullah bin Abubakar Alaydrus Akbar
 Kubah Alhabib
Al-Habib Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin Abdurrahman Assegaf adalah seorang Sayyid dan Syarif (julukan khusus untuk keturunan Nabi Muhammad SAW) Imam para Wali dan orang-orang sholeh (Al-Qutub) beliau dijuluki
Abu Muhammad dan bergelar Alydrus
Alaydrus artinya ketua orang-orang Tasawuf. Beliau dilahirkan di Kota Tarim pada tanggal 10 Zulhijjah tahun 811 H.
Shohibur Ratib ini belajar Al-Qur’an dari seorang guru besar Syeh Muhammad bin Umar Ba’alawi, dan belajar ilmu Fiqih dari guru-guru ahli Fiqih Syeh Saad bin Ubaidillah bin Abi Ubay Abdullah Bahrawah, Syeh Abdullah Bagasyin, Syeh Abdullah bin Muhammad bin Umar dan lain-lain.
Beliau mempelajari dan memperdalam kitab Tanbih dan Minhaj, beliau sangat senang membaca kita tersebut. 
Beliau mempelajari Tasawuf dan seorang guru Al Imam Syeh Umar Al-Muhdor dan membekali dirinya sebagai seorang syufi (ahli Tasawuf), beliau sangat gemar membaca kitab-kitab karangan Imam Ghozali terutama kitab Ihya Ulumuddin sehingga hampir hafal dan pindah ke batinnya.
Beliau banyak memuji sang pengarangnya, kami diperingatkan beliau segala sesuatu mengenai terjemahan kita Ihya Ulumuddin tersebut.
Shohibur Ratib mempunyai kata-kata hikmah yang sangat tinggi mengenai Tauhid diantaranya beliau mengucapkan “ SEANDAINYA SAYA DISURUH UNTUK MENGARANG DENGAN HANYA HURUF ALIF SERATUS JILID PASTI AKAN SAYA LAKUKAN”.
Diantara karangan Beliau adalah Kitab Alkibritul Ahmar dan syarahnya dalam bentuk syair untuk Paman Beliau Al-Habib Syeh Umar Muhdor.
Antara lain kata-kata beliau “BAGI SAYA SAMA SAJA PUJIAN DAN MAKIAN, LAPAR DAN KENYANG, PAKAIAN MEWAH DAN PAKAIAN RENDAH, LIMA RATUS DINAR ATAUPUN DUA DINAR. SEJAK KECIL HATIKU TIDAK PERNAH CONDONG SELAIN KEPADA ALLAH SWT DAN BAGAIMANA HATIKU BISA TENANG APABILA BADAN SAYA BERBALIK KE KANAN SAYA MELIHAT SURGA DAN APABILA BERBALIK KE KIRI SAYA MELIHAT NERAKA”.
Beliau sangat takut kepada ALLAH SWT , dan sangat tawadhu (merendahkan diri). Beliau tidak pernah merasa dirinya lebih baik, dari siapapun makhluk ALLAH bahkan binatang sekalipun.
Beliau senantiasa bersujud ditanah karena merendahkan dirinya di hadapan ALLAH SWT. Dan beliau selalu membawa sendiri keperluannya dari pasar dan tidak mengizinkan orang lain membawanya dan senantiasa beliau duduk ditempat yang rendah dan senantiasa berjalan kaki ketempat-tempat yang jauh dan kerap kali meminum air hujan. Demikianlah beliau memerangi hawa nafsu keduniaan sejah usia 6 (enam) tahun. Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar berpuasa selama dua tahun dengan buka puasa tidak melebihi dari dua butir korma kecuali dimalam-malam tertentu dimana ibunya datang membawa sedikit makanan untuk Beliau memakannya semata-mata untuk menyenangkan hati ibunya.
Gurunya Habib Syeh Umar Muhdor berkata “ Aku mengawinkan putriku Aisyah dengan keponakanku HabibAbdullah Alaydrus Akbar disebabkan Aku mendapatkan isyarat dari sesepuhku (pendahuluku)”
Al-Habib Muhammad bin Hasan Almu’alim Ba’alawi berkata “ AL-HABIN ABDULLAH ALAYDRUS AKBAR MENDAPATKAN SESUATU (MAQOM/ WILAYAH) YANG TIDAK DIDAPATI OLEH ORANG LAIN. BAIK SEBELUM MAUPUN SESUDAHNYA”.

Makam Alhabib Al-Habib Abdullah Alaydrus Akbar telah mendapat pujian dari orang besar, para wali dan para guru, antara lain : kakeknya sendiri Al Imam Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, ayahnya Al-Habib Abubakar Assakran, Syeh Saad bin Ali Al Majhaj, dan juga Syeh Abdullah bin Tohir Al Douanidan, pemuka sufi wanita Al Zubaidiah, Syeh Ahmad bin Muhammad Al-Jabaruti, Syeh Umar bin Said Bajabir. Syeh Husain Al Ghorib, Syeh Ma’aruf bin Muhammad Ba’Abbad, Syeh Muhammad Baharmuz, Syeh Abdurrahman Al Khotib pengarang kitab Al Jauhar, tidak menyebutkan seorangpun (dalam kitabnya) dari yang hidup selain Beliau Al-Habib Imam Abdullah Alaydrus Akbar (Shohibur Ratib).
Beberapa pengarang kitab yang bermutu memuji dan meriwayatkan Beliau diantaranya Al Yafii dalam Kitab Uqbal Barahim Al Musyaraqah, muridnya Al Imam Al Habib Unmar Bin Abdurrahman Ba Alawi dalam kitabnya Al Hamrah dan Syech Abdillah Bin Abdurrahman Bawazier, daalm kitab Al Tuhfa, mereka mengytraknab Mankib (Riwayat Singkat), kewalian dan kramat-kramat yang sebagaian terjadi sebelum dan sesudah Beliau dilahirkan.
Sebagaian para wali mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW, yang memuji Al Habib Al-Imam Abdullah Alaydrus Akbar dengan sabdanya “INI ANAKKU, INI AHLI WARISKU, INI DARAHKU DAGINGKU, ORANG-ORANG BESAR AKAN MEMPELAJARI ILMU TAREQAT DARINYA”.
Diantara yang mengambil dan belajar tareqat dari Habib Abdullah Alaydrus Akabar antara lian saudaranya sendiri Habib Ali Bin Abi Bakr Sakran, Habib Umar Ba’alawi, (pengarang kitab Alhamrah) dan pengarang kitab Faturrohim Al Rahman, Syech Abdullah Bin Abdul Rahaman Bawazier Al Alamah, Syech Abdullah Bin Ahmad Baksir Al Makki, dan ringkasnya kebaikan dan akhlak Beliau tidak terlukiskan, sedangkan ilmu dan karomahnya laksana lautan.
Al Habib Imam Abdullah Alaydrus Bin Abi Bakar Alaydrus (Shohibur Raatib) wafat pada hari Ahad sebelum waktu Zhuhur tanggal 12 Romahdon 865 H. dalam perjalanan dakwahnya dikota Syichir tepatnya didaerag Abul. Dimakamkan dikota Tarim dan dinagun Kubah diatas pusaranya, Beliau wafat dalam usia 54 tahun.
Belai meninggalkan delapn anak, empat putera dan empat puteri. Putranya : Abubakar Al Adni, Alwi, Syech, Husain.
Putrinya : Roqgayah, Khodijah, Umul Kultsum, Bahiya.
Ibu Beliau adalh yang bernama Mariam dari seorang yang Zuhud / Shaleh bernmama Syech Ahmad Bin Muhammad Barusyaid.
Al Habib Muhammad Bin Hasan Al Mualim bberkata “ SAYA MENDENGAR BISIKAN YANG MENGATAKAN “ BILA KAMU INGIN MELIHAT SEORANG AHLI SORGA, MAKA LIHATLAH MUHAMMAD BARUSSYAID”!! (DIRIWAYATKAN OLEH AL IMAM Al – HABIB MUHAMMAD BIN ALI MAULA AIDIED)”.
Sewaktu Al Habib Imam Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf wafat,,usia Al Habib Abdullah Alaydrus Akbar 8,5 tahun. Dan pada waktu Ayahnya Beliau wafat (Abu Bakar Syakran) dan umur Beliau berusia 11 tahun setelah Ayahnya wafat Beliau tinggal dan dididik oleh Pamannya Syech Al Habib Umar Muhdar yang kemudian menikahkannya dengan puterinya Aisyah, pada saat Al Habib Umar Muhdar Bin Abdulrahman Assegaf wafat Al Habib Abdullah Alaydrus Akbar kurang lebih berumur 23 tahun.
Dan ucapan Shohibur Raatib kepada murid-muridnya :
BARANG SIAPA YANG MASUK DALM PENDENGARAN YANG SIA-SIA, MKA IA TELAH BERADA DALM KERUGIAN YANG BESAR.
NASEHAT-NASEHAT BELIAU YANG TERTUANG DALAM KITAB ALKIBRATUL AHMAR:
  • Peraslah jasadmu dengan mujahadah (memerangi hawa nafsu dunia) sehingga keluar minyak kemurnian.
  • Barangsiapa yang menginginkan keridhoan ALLAH hendaklah mendekatkan diri kepada ALLAH SWT, karena keajaiban dan kelembutan dari ALLAH SWT pada saat di akhir malam.
  • Siapapun dengan kesungguhan hati mendekatkan diri pada ALLAH maka terbukalah khazanah ALLAH
  • Diantara waktu yang bernilai tinggi merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi diantara Zuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya dan tengah malam terkakhir sampai ba’da Sholat Shubuh.
  • Sumber segala kebaikan dan pangkal segala kedudukan dan keberkahan akan dicapai melalui ingat mati, kubur dan bangkai
  • Keridhoan ALLAH dan RosulNya terletak pada muthalaah (mempelajari dan memperdalam) Al-Qur’an dan Hadits serta kitab-kitab agama Islam.
  • Meninggalkan dan menjauhi ghibah (menggunjingkan orang) adalah raja atas dirinnya, menjauhi namimah (mengadu domba) adalah ratu dirinya, baik sangka kepada orang lain adalah wilayah dirinya, duduk bercampur dalam majlis zikir adalah keterbukaan hatinya
  • Kebaikan seluruhnya bersumber sedikit bicara (tidak bicara yang jelek) didalam bertafakur tentang Ilahi dan ciptaaNya terkandung banyak rahasia
  • Jangang kau abaikan sedekah setiap hari sekalipun sekecil atom, perbanyaklah membaca Al-Qur’an setiap siang dan malam hari.
  • Ciri-ciri orang yang berbahagia adalah mendapatkan taufik dalam hidupnya banyak ilmu dan amal serta baik perangai tingkah lakunya.
  • Orang yang berakal ialah orang yang diam (tidak bicara sembarangan)
  • Orang yang takut kepada ALLAH ialah orang yang banyak sedih (merasa banyak bersalah)
  • Orang yang roja’ (mengharap ridho ALLAH) ialah orang yang melakukan ibadah
  • Orang mulia ialah orang yang bersungguh-sungguh dalam kebaikan dalam ridha ALLAH SWT yang didambakan dalam hidupnya
  • Orang yang bertaubat ialah yang banyak menyesali perbuatannya, menjauhi pendengarannya yang tidak bermanfaat dan mendekatkan diri kepada ALLAH terutama di masa sekarang.

NARA SUMBER :
KITAB AINIYA : Al-Habib Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad
SYARAH KITAB AINIYAH : Al-Habib Imam Ahmad Zein Al-Habsyi
DIKUTIP KEMBALI OLEH : Habib Mustafa Abdullah Alaydrus